REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pemprov Jawa Barat sangat memperhatikan masalah stok pangan di Jabar. Wakil Gubernur Jabar, Dedy Mizwar, mengatakan pemerintah akan membuat gudang beras di daerah sentra penghasil beras, yakni Sukabumi dan Cianjur.
Langkah ini dilakukan agar bisa ada 'kedekatan' antara petani dan pemerintah terkait hasil pangan.
"Jika tidak ada kejelasan harga jual bagi para petani, maka tidak akan ada peningkatan dalam penjualan pangan," ujar Dedy pada kunjungan kerja ke Kantor Bulog Divre Jabar.
Sementara Kepala Bulog Divre Jabar, Usep Karyana, mengatakan stok beras di Bulog ada 2.500 ton atau cukup untuk memenuhi kebutuhan sekitar 6 bulan. "Kami mencoba melakukan penyerapan untuk ketersediaan stok di Jabar. Sehingga, kami yang menjemput bola," katanya.
Usep menjelaskan penyaluran beras miskin (Raskin) kurang lebih 39 ribu ton setiap bulannya didrop ke Kabupaten/Kota di Jabar.
Bulog berusaha yang terbaik untuk pelayanan kepada masyarakat. Sehingga, pasokan stok terjaga dan memantau kualitas dari beras tersebut.
Menurut Usep, penyerapan raskin secara umum di Jabar rata-rata pada 2013 hingga awal Oktober telah mencapai 87 persen dari total pagu sebesar 470 ribu ton. Bahkan, serapan di kawasan Pantura mencapai lebih dari 90 persen.
Penyerapan raskin yang terkecil, ada di wilayah Bogor yakni baru mencapai 60 persen dari pagu satu tahun. Pencapaian itu menjadi yang paling rendah dibandingkan wilayah lain di Jabar.
"Serapan Bogor hanya 60 persen,'' kata Usep. ''Padahal, serapan di wilayah lain rata-rata sudah di atas 80 persen.''
Menurutnya, kondisi tersebut tidak bisa dibiarkan berlarut-larut. Pasalnya, raskin sangat ditunggu masyarakat kategori miskin. Jadi, daerah yang serapan raskinnya masih kecil harus didorong agar serapannya optimal.