REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sleman mengaktifkan 12 alarm peringatan dini atau Early Warning System (EWS) untuk mengantisipasi bencana banjir lahar dingin. Dari 12 alarm tersebut, tujuh diantaranya telah diintegrasikan.
Menurut Kepala Bidang Kesiapsiagaan Bencana BPBD Sleman, Heru Saptono, alarm tersebut telah dihubungkan ke sungai yang berhulu di Gunung Merapi seperti Sungai Gendol, Opak, Kuning, Boyong, dan Krasak. Alarm akan berbunyi jika ada kenaikan level bencana. "Misalnya dari normal ke waspada akan berbunyi untuk menjadi perhatian," ujarnya kepada ROL, Selasa (5/11).
Selain mengaktifkan alarm, Heru mengatakan pihaknya terus memperbarui informasi perkembangan status Merapi. Penyebaran informasi ke warga dibantu dengan radio komunitas setempat. Ada 17 kecamatan yang menjadi target penyebaran informasi bencana. Dari 17 kecamatan tersebut, BPBD mengidentifikasi 47 dusun rawan bencana. Sebanyak 22 dusun masuk dalam kategori risiko tinggi. Untuk 22 dusun itu, BPBD menggalakkan sosialisasi kesiapsiagaan bencana mulai besok, Rabu (6/11). Sosialisasi ini digelar hingga akhir Desember.
Menurut Heru, sejumlah dusun yang masuk ke kategori risiko tinggi itu berada di kecamatan Cangkringan, Pakem, dan Turi. Sosialisasi tersebut akan memberikan prosedur penanganan bencana termasuk pembentukan kelembagaan.
Memasuki musim hujan di Yogyakarta, Heru menambahkan warga perlu mewaspadai bencana pancaroba. Pada saat pancaroba, ancaman angin puting beliung dinilai cukup tinggi. "Justru sekarang bencana paling rawan yang perlu diwaspadai adalah bencana pancaroba seperti puting beliung," ungkap Heru.
Saat pancaroba, warga dinilai perlu mewaspadai banyaknya pohon tumbang. Selain itu, informasi bencana yang disebarkan BPBD termasuk penanggulangan terhadap tanah longsor.