REPUBLIKA.CO.ID, CIPINANG -- Perkiraan kenaikan harga beras yang diramalkan akan terjadi pada bulan November ternyata tidak terjadi di Pasar Induk Cipinang, Jakarta Timur. Beras dari kualitas satu sampai kualitas tiga ternyata mengalami penurunan harga. Hal ini menyebabkan para pedagang sepi akan pengunjung.
“Harga beras turun sejak 28 Oktober silam. Hal ini terjadi di semua pedagang yang ada di pasar ini,” ungkap Yuli (20 tahun) pedagang beras yang ditemui Republika, Selasa (5/11).
Menurut Yuli, penurunan harga beras ini terjadi karena pemerintah telah menyuplai beras cukup banyak. Akibatnya, permintaan untuk beras di kiosnya berkurang. “Biasanya sehari kami bisa menjual 3 ton hingga 50 ton per hari ke antar pulau. Namun, sekarang kadang sehari tidak ada pembeli,’’ ujarnya.
Hal ini turut dirasakan Aping (45 tahun). Pedagang beras di PT Agro Surya Kencana ini mengaku sudah jarang pembeli yang datang sejak dua minggu silam. Menurutnya, suplai beras ke sejumlah daerahlah yang dilakukan pemerintah menyebabkan sepinya pembeli ke pasar induk ini.
Harga beras telah turun sejak 28 Oktober dari berbagai kualitas beras yang ada. Menurutnya, kualitas satu turun dari Rp 8.000 menjadi Rp 7.800 per kg. Kulaitas dua turun dari yang harganya Rp 8.200 menjadi Rp 8.000 per kg. Sedangkan kualitas tiga turun dari Rp 9.100 menjadi Rp 8.800 per kg.
Setelah November ini, diperkirakan pada Desember akan terjadi kenaikan harga beras. Kenaikan tersebut diakibatkan adanya masa paceklik yang berlangsung hingga awal tahun. Dengan masa tersebut, otomatis panen akan berkurang. Karena ketersediaan barang sedikit, maka dilakukan penaikan harga.
Fery (50 tahun) berusaha menyikapi kelangkaan beras pada akhir tahun itu dengan melakukan operasi pasar, “Kalau harga naik, kami menyikapinya dengan operasi pasar,” katanya. Fery dan pedagang-pedagang lain masih terus beharap agar harga tetap stabil supaya pembelian dapat selalu bertahan.