REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Meski semburan sudah teratasi, anak perusahaan Pertamina, PT Pertamina EP (PEP), masih belum memutuskan akan mematikan atau hanya menutup sementara sumur bermasalah, JTA 122 di Kelurahan Juata Krikil, Kecamatan Tarakan Utara, Kalimantan Timur. Pasalnya, apabila dimatikan PEP akan keluar modal cukup besar apabila ingin mengoperasikan kembali sumur tersebut.
Manajer Humas PEP Agus Amperianto mengungkapkan, kini semburan air bercampur minyak dan gas telah berhasil diatasi. ‘’Bisa diatasi dalam waktu kurang dari 48 jam dari semburan awal,’’ kata dia kepada Republika, Ahad (3/11) sore.
Semburan terjadi pada Rabu lalu. Karena sumur jauh dari permukiman, semburan tidak membahayakan penduduk. PEP segera memasang garis aman agar tidak ada warga yang beraktivitas di dekat lokasi. Tidak ada korban jiwa pada insiden itu.
Semburan campuran air, gas, dan lumpur setinggi 10 meter diperkirakan terjadi karena kondisi tanah yang abnormal. Diperkirakan tenaga semburan lebih dari 500 psi.
Menurut Agus, pihaknya mengambil opsi memasang katup besar (master valve) untuk mengendalikan pusat semburan. Selain itu ada opsi mengguyurkan lumpur berat agar semburan mati.
Dia menerangkan, apabila ditutup dengan lumpur berat berdampak buruk saat sumur tersebut ingin dioperasikan kembali. Pasalnya, akan keluar biaya besar untuk mengebor lagi.
Agus mengklaim tidak ada kerugian material di sana. Alasannya, sumur tersebut adalah sumur tua dan tidak memengaruhi produksi migas nasional.
Dia menilai kondisi semburan itu lebih baik daripada yang terjadi di Talang Jimar, Kelurahan Sukaraja, Prabumulih Selatan, Sumatera Selatan, pada (1/5) lalu.
Pada insiden di sana, pihaknya harus keluar dana besar akibat kerugian dan membayar kompensasi kepada warga. Pasalnya, pusat semburan cukup dekat dengan permukiman.