Kamis 31 Oct 2013 18:15 WIB

Karimunjawa Berencana Manfaatkan Tenaga Surya

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Yudha Manggala P Putra
Panel pengumpul tenaga surya
Foto: AP
Panel pengumpul tenaga surya

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG — Pemerintah provinsi (Pemprov) Jawa Tengah terus mengkaji pemanfaatan listrik tenaga surya untuk ‘menerangi’ Karimunjawa.

 

Teknologi tenaga surya ini dipertimbangkan karena dianggap lebih efisien dan ramah lingkungan bagi wilayah yang terus mengembangkan kepariwisataannya ini.

 

“Saat ini kami masih terus mengkaji pemanfaatan tenaga surya ini,” ujar Wakil Gubernur (Wagub) Jawa Tengah, Heru Sudjatmoko, di Semarang, Kamis (31/10).

 

Gubernur Jawa Tengah, jelasnya, sangat tertarik dengan penerapan teknologi surya ini untuk menopang kesejahteraan masyarakat Karimunjawa.

 

Sehingga –selain memanfaatkan pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) yang sudah ada—ke depan akan dikembangkan energi listrik tenaga surya di wilayah terluar Kabupaten Jepara ini.

 

Karena –selain kedaulatan pangan-- pengembangan kawasan Karimunjawa juga diarahkan untuk kedaulatan energi.

 

“Hal ini dimaksudkan agar warga Karimunjawa ke depan  tidak selamanya bergantung sumber pangan dan energi dari daerah lainnya,” kata wagub. 

 

Kebutuhan ketersediaan energi listrik di kepulauan Karimunjawa sudah sangat mendesak. Apalagi pengembangan bandara Dewandaru juga membutuhkan dukungan ketersediaan listrik.

 

Ia berharap, kajian- kajian mengenai pemanfaatan tenaga surya ini dapat menghasilkan konsep pengembangan energi listrik yang paling tepat untuk karimunjawa.

 

Sementara itu, ketersediaan energi listrik di wilayah kepulauan ini masih sangat terbatas. Di kawasan kepulauan ini baru ada enam unit PLTD penopang kebutuhan listrik.

 

Berdasarkan data Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) provinsi Jawa Tengah, ke-enam PLTD ini baru mampu beroperasi sekitar enam hingga delapan jam per hari.

 

Untuk memenuhi kebutuhan energi listrik di kepulauan ini sebelumnya pernah diwacanakan membangun jaringan listrik bawah laut, sepanjang 90 meter.

 

“Namun teknologi ini dinilai masih sangat mahal, dibandingkan dengan menerapkan teknologi tenaga surya,” ujar Kepala Dinas ESDM Provinsi Jawa Tengah, Teguh Dwi Paryono.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement