REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Masalah yang dihadapi dunia dan Indonesia saat ini dan ke depan adalah ketidaktahanan pangan dan gizi buruk.
Menurut perwakilan Food and Agriculture Organization (FAO), Dr Mustafa Imir, masalah ini menjadi tantangan yang harus dihadapi semua kalangan di berbagai negara.
"Masalah ini menjadi tantangan, dihadapkan pula dengan buruknya sumber daya alam, perubahan iklim, dan hilangnya keanekaragaman hayati," katanya dalam sambutan memperingati puncak Hari Pangan se-Dunia (HPS) ke-33 di Kota Padang, Sumatra Barat (Sumbar).
Dikatakannya, faktor penyebab langsung dari gizi buruk sangat kompleks, termasuk tidak cukupnya persediaan pangan yang aman, beragam, dan bergizi. Selain itu, kurangnya akses terhadap air bersih, sanitasi, dan layanan kesehatan ikut memperburuk masalah ini.
"Faktor penyebab langsung juga termasuk pemberian makanan yang tidak tepat pada anak juga tidak tepatnya pilihan diet orang dewasa," katanya.
Ada lagi penyebab lainnya yang berdampak pada ketidaktahanannya pangan dunia. Mustafa Ilmir menjelaskan, sektor tanaman panen dan ternak menggunakan 70 persen sumber air tawar. Lautan mencakup 70 persen dari permukaan bumi, mendukung perikanan dan akuakultur juga berpengaruh terhadap meningkatnya penggunaan lahan dan air tawar.
"Sekitar 60 persen ekosistem dunia sudah terdegradasi atau digunakan secara tidak berkelanjutan yang menyebabkan ancaman serius pada ketahanan pangan dan gizi," lanjutnya.
Dia menegaskan, produksi makanan pokok harus ditingkatkan sebesar 60 persen. "Itu untuk memenuhi bertambahnya permintaan hingga tahun 2050."
Pentingnya ketahanan pangan di masa kini dan mendatang, dinilainya, perlu disadari dan dipersiapkan oleh semua negara di dunia. Karena itu, dia menyambut baik upaya Indonesia untuk memberantas kelaparan, mempersiapkan ketahanan pangan, dan mengatasi gizi buruk.
Semua upaya itu, sambungnya, perlu ditingkatkan. Apalagi, permasalahan terkait pangan dan dampaknya terhadap penduduk dunia terus bertambah.
Dia menilai, tema HPS di Indonesia kali ini adalah 'Optimalisasi Sumberdaya Lokal Melalui Diversifikasi Pangan Menuju Kemandirian Pangan dan Perbaikan Gizi Masyarakat', sudah tepat. "Sistem pangan berkelanjutaan juga dibangun dan bergantung pada petani kecil dalam hal produksi. Karena itu, tema yang dipilih Indonesia sudah sesuai."