Kamis 31 Oct 2013 11:28 WIB

SBY: Model Pembangunan Tak Berkelanjutan Sebabkan Kekurangan Gizi Kronis

Kemiskinan adalah salah satu faktor penyebab gizi buruk.
Foto: Republika/M Fakhrudin
Kemiskinan adalah salah satu faktor penyebab gizi buruk.

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Saat ini, ada 872 juta orang di dunia kekurangan gizi kronis. Menurut Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), masalah kekurangan gizi itu terjadi karena akibat model pembangunan yang tidak berkelanjutan.

"Boleh dikata, setiap 10 orang, ada satu orang di malam hari tak bisa tidur nyenyak, karena perutnya lapar. Mengapa? Karena tak cukup dapat kebutuhan pangan dalam kehidupan sehari-harinya," katanya dalam sambutan puncak peringatan Hari Pangan se-dunia (HPS) ke-33 di halaman kantor TVRI, Kota Padang, Sumatra Barat (Sumbar), Kamis (31/10). 

Dia menegaskan, kondisi tersebut harus diubah. Seluruh dunia, lanjutnya, harus bersatu untuk wujudkan ketahanan pangan global. "Agar tak ada lagi saudara-saudara di dunia yang kelaparan dan merasa lapar." 

Model pembangunan yang merusak alam dan keanekaragaman hayati, katanya,  harus diakhiri. Untuk mengatasi kekurangan gizi, upanyanya harus menyeluruh, tapi juga melalui intervensi di sektor terkait, yaitu penyediaan pangan yang cukup, sanitasi air, penanggulangan kemiskinan, Keluarga Berencana, dan pendidikan yang khususnya perempuan. 

Presiden mengatakan, untuk penanggulangan gizi kurang, perlu melibatkan lembaga sosial, akademisi, lembaga masyarkat, media, mitra usaha, dan lain-lain. 

Pada 16 Juni 2013, lanjutnya, Indonesia mendapat penghargaan dari Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO). Indonesia dinilai berhasil mengurangi drastis angka kelaparan. "Terima kasih bagi seluruh rakyat Indonesia," ucapnya terkait penghargaan tersebut. 

Pemerintah juga mengeluarkan Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi melalui Peraturan Presiden Nomor 42 Tahun 2013. "Gerakan ini ditujukan untuk mengatasi kekurangan gizi pada 1.000 hari kehidupan pertama, yaitu dari sejak janin hingga usia 2 tahun," kata SBY. 

Perbaikan gizi dilakukan melalui konsumsi dengan pola makan dan asupan sayuran, buah, daging, dan mengurangi asupan karbohidrat dari sebelumnya. Untuk itu, kata Presiden, perlu peningkatan pasokan daging, buah, sayuran, dan lain-lain. 

Karena itu, katanya, perlu perkuat kemandirian pangan. "Kita canangkan Rencana Aksi Bukittinggi yang bakal dilaksanakan tahun ini juga. Melalui upaya ini, kita optimistis di tahun-tahun mendatang, Indonesia semakin mandiri dan tak terpengaruh goncangan ekonomi dunia." 

Dengan jumlah penduduk Indonesia yang menjadi 250 juta dan meningkatnya kelas menengah, dia berharap HPS bakal jadi momentum kemandirian pangan yang berkelanjutan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement