Selasa 29 Oct 2013 12:22 WIB

Waspadai Lesus, Banjir dan Longsor

Rep: edy setioko/ Red: Damanhuri Zuhri
Rumah yang porak poranda diterjang angin puting beliung.  (ilustrasi)
Foto: Antara/Anis Efizudin
Rumah yang porak poranda diterjang angin puting beliung. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, KLATEN -- Masyarakat diminta waspada terhadap bencana alam; puting beliung (lesus), banjir, dan longsor.

Peringatan ini berdasar surat edaran (SE) dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), terkait peningkatan kewaspadaan warga menghadapi bencana alam setiap memasuki musim penghujan.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Klaten mengimbau masyarakat agar selalu meningkatkan kewaspadaan terhadap perubahan musim.

Bencana diawali hujan deras disertai angin kencang. Dampak berikutnya, terjadi bencana banjir dan tanah longsor. Ini bencana musiman setiap perubahan iklim, seperti saat ini.

Menurut Kepala BPBD Kabupaten Klaten, Sri Winoto, wilayah Klaten menduduki peringkat keempat kawasan rawan bencana di Propinsi Jawa Tengah.

Bencana alam yang rawan terjadi di Klaten, adalah longsor, angin puting beliung, banjir. Tak kalah pentingnya, bencana erupsi Gunung Merapi, yakni banjir lahar dingin.

Peralihan cuaca dari kemarau ke musim hujan, seperti ini, wilayah Klaten sering terjadi bencana angin puting beliung.

''Biasanya, saat siang hari sangat panas. Lalu, tiba-tiba terjadi hujan deras disertai angin kencang. Untuk itu, masyarakat harus selalu waspada,'' ungkap Sri Winoto, Selasa (29/10).

Berdasarkan pantauan lapangan, sejak musim hujan mulai mengguyur wilayah Klaten, tercatat sudah dua kali bencana angin puting beliung menerjang.

Yang pertama, terjadi Sabtu (19/10) lalu. Puting beliung yang menerjang wilayah Juwiring merobohkan sebuah kandang ayam hingga menimpa sepeda motor yang kebetulan sedang berteduh di pinggir kandang.

Kedua, Ahad (27/10) lalu, puting beliung kembali menerjang dua desa, Bolopleret dan Ketitang. Meski tidak ada korban jiwa, namun akibat pohon yang tumbang melintang jalan mengakibatkan jalan penghubung Kecamatan Karangdowo dan Wonosari dan karangdowo lumpuh.

Puting beliung juga memutuskan jaringan listrik, akibat kabel listrik Desa Ketitang putus tertimpa pohon tumbang.

Peringatan serupa, juga disampaikan BPBD Kabupaten Boyolali. Menurut Kepala Seksi (Kasi) Kedaruratan BPBD Kabupaten Boyolali, Kurniawan Fajar Peasetyo, wilayah

Boyolali masuk dalam kawasan rawan bencana angin dan banjir bersama 14 kabupaten dan kota di Jawa Tengah. Untuk wilayah ini, kerawanan bencana banjir dan angin berada di enam wilayah kecamatan.

Diantaranya, Nogosari dan Ngemplak rawan bencana banjir. Sedang Cepogo, Selo, Musuk dan Boyolali Kota, rawan lesus.

Kabupaten Boyolali, kata Kurniawan, masuk dalam kategori sedang. Meski begitu, pihaknya tetap meminta masyarakat untuk selalu waspada. ''Masuk dalam kategori sedang, tapi tetap harus waspada. Kita tidak tahu besar kecilnya bencana yang ada,'' katanya.

Kemungkinan besar, hujan yang terjadi bulan ini hingga Desember mendatang. Diperkirakan hujan sangat ekstrem dan disertai dengan angin kencang. Pihaknya mengimbau kepada masyarakat untuk memangkas dahan dan ranting pohon yang tinggi.

Terutama yang berdekatan dengan perumahan. Pangkas pohon yang tinggi, paling tidak untuk menghindari agar pohon tidak roboh saat diterpa angin kencang.

Diakui, untuk wilayah Boyolali di enam kecamatan tersebut selama ini merupakan 'langganan' bencana. Seperti, wilayah Kismoyoso Ngemplak, setiap memasuki musim penghujan selalu terjadi banjir akibat luapan air sungai.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement