Senin 28 Oct 2013 06:00 WIB

Seks Pelajar di Sekitar Kita

Sejumlah siswa mengikuti Ujian Nasional (UN) mata pelajaran Bahasa Indonesia di SDN Balimester 01, Jatinegara, Jakarta Timur, Senin (6/5).  (Republika/Prayogi)
Sejumlah siswa mengikuti Ujian Nasional (UN) mata pelajaran Bahasa Indonesia di SDN Balimester 01, Jatinegara, Jakarta Timur, Senin (6/5). (Republika/Prayogi)

REPUBLIKA.CO.ID, Anda seorang ayah? Saya ingin mengajak anda kembali ke dekade 80-an. Saat itu, seorang manusia 'berteriak' girang lantaran menjadi ayah. Virgiawan Listianto alias Iwan Fals menuliskan lagu  yang kala itu menjadi hits.

Lagu yang masuk dalam album Opini itu ditulis Iwan sebagai hadiah untuk anaknya yang dinamakan persis dengan judul lagu. Galang Rambu Anarki.

Seperti lirik lagunya, Galang Rambu Anarki lahir pada awal Januari menjelang Pemilu 1982. Saat itu, pemerintah baru saja menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) dan berdampak pada kehidupan ekonomi warga.  

Sebagai ayah, harapan Iwan memang membara. Ketika itu, Iwan adalah seniman yang masih mengamen untuk menambal biaya kebutuhan hidup persalinan istrinya. Sebagai rakyat kecil, Iwan merasa jadi korban kebijakan negara. Untuk putranya, Iwan pun merapal doa yang hingga kini masih sering dinyanyikan. 

"Cepatlah besar matahariku

Menangis yang keras, janganlah ragu

Tinjulah congkaknya dunia buah hatiku

Doa kami di nadimu"

Hubungan ayah dengan anaknya seindah lirik lagu. Seorang penjahat murahan saja, yang sehari-hari bekerja dengan mencopet, tak akan membiarkan anaknya tahu apa pekerjaannya. Di hadapan sang buah hati,  anda akan tetap tampil terhormat. Sambil terus berharap dia akan lebih baik dari sekadar anda. 

Hanya, doa itu pupus saat kasus video mesum pelajar yang masih berseragam putih biru terungkap. Pada Jumat yang suci, seorang perempuan turun dari kelasnya ketika jam pelajaran usai.

Di lantai dasar, temannya mengajak ke salah satu ruangan untuk bertemu dengan lima kawan lainnya. Disana sudah ada seorang teman pria yang diketahui menjadi adik kelas mereka. 

Siswi itu pun melakukan adegan mirip film dewasa bersama dengan si adik kelas. Sementara, kawanan yang menonton merekam dengan kamera telepon seluler. Sesekali, terdengar renyahnya tawa suara mereka selama shooting itu berlangsung. 

Kasus ini pun hinggap di meja penyidik kepolisian. Polda Metro Jaya sudah mulai memeriksa para saksi. Hanya, pemeran utama video mesum ini tak juga hadir. Saat petugas menyambangi kediamannya, rumah keduanya ditemukan kosong. Polisi pun hanya dapat menitipkan surat panggilan kepada Ketua RT setempat.

Perilaku asusila tak hanya terjadi di sekolah Jakarta. Di Bandung, Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Jawa Barat bahkan menemukan, terdapat 28 persen pelajar aktif yang menjadi pekerja di bisnis prostitusi.

Usai sekolah, anak-anak ini menjajakan diri di pub dan tempat karaoke. Bukan untuk kebutuhan periuk nasi, tapi demi mahalnya gaya hidup. 

Potret buram seks bebas pelajar bukan barang baru di republik ini. Tiga tahun lalu, Komisi Nasional Perlindungan Anak pernah merilis data bahwa 62,7 persen remaja SMP di Indonesia sudah tidak perawan. Data itu diambil dari 4.726 responden dari 17 kota besar di Indonesia.

Hasil lain dari survei itu, terdapat 93,7 persen siswa SMP dan SMA pernah melakukan ciuman, 21,2 persen remaja SMP mengaku pernah aborsi, dan 97 persen remaja SMP dan SMA pernah melihat film porno.

Tantangan orang tua sekarang mungkin berbeda dengan era kejayaan Iwan Fals. Iwan dulu dendam dengan penguasa yang merampas hak dia  untuk membeli susu. Harga BBM yang naik mengguncang dengan kehidupan ekonomi rakyat jelata. Dia pun menitipkan Galang untuk meninju penguasa orde baru yang congkak. 

 Untuk zaman ini, kita mungkin hampir menyelesaikan buku PR masalah ekonomi. Masuknya Indonesia menjadi anggota G-20 dengan pertumbuhan ekonomi berkisar 6 persen menjadi bukti, meski masih banyak cacat disana-sini. 

Hanya, selesainya masalah ekonomi bukan berarti negara ini telah selesai. Masalah moral seperti kasus seks bebas pelajar menjadi lembar selanjutnya yang wajib diselesaikan. Karena, akhlak dan moral yang akan membedakan kita dari binatang, dari sekadar robot produsen barang dan jasa. 

Galang kini telah wafat bersama cerita miring seputar narkoba yang ditutup rapat-rapat. Sang Pahlawan Asia mundur. Lima tahun musisi dengan basis massa terbesar di Indonesia itu vakum dari gemerlap dunia panggung sebelum kembali eksis. Saya hanya menangkap sendunya sosok wajah Iwan saat diwawancara di sebuah program televisi. Dengan suara bergetar, Iwan mengenang Galang.  

Bagaimana dengan orang tua pelajar itu? Anda pasti saat ini tak mau berada di posisi mereka. Tapi, bocah kecil anda suatu saat akan duduk di bangku sekolah. SD, SMP, SMA dan kuliah.

Mereka akan berhadapan dengan dunia yang sekarang sudah tanpa sekat. "Ini sudah lampu kuning,"kata seorang ayah melihat seks pelajar yang sudah merambah di sekitar.

Saya pun harus melihat putri kecil saya yang sedang terlelap dibuai bundanya. Sambil mengulang lagi lagu itu, doa kami di nadimu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement