REPUBLIKA.CO.ID, MAJALENGKA – Memasuki akhir Oktober, berbagai daerah di wilayah Cirebon memasuki musim pancaroba dari kemarau ke penghujan. Masyarakat pun diimbau untuk mewaspadai serangan sejumlah penyakit.
Forecaster Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Jatiwangi, Kabupaten Majalengka Ahmad Faa Iziyn, menjelaskan, musim kemarau telah melewati masa puncaknya pada September – (pertengahan) Oktober lalu.
Saat itu, suhu udara maksimum di wilayah Cirebon, terutama Indramayu dan Cirebon, mencapai 37 derajat Celsius. "Sekarang sudah memasuki pancaroba, jadi ada panas dan ada hujan,’’ kata Faa Iziyn, kepada Republika, akhir pekan kemarin.
Sementara itu, untuk menghadapi musim pancaroba, masyarakat diminta untuk mewaspadai serangan sejumlah penyakit. Pasalnya, saat terjadi peralihan musim dari kemarau ke penghujan seperti sekarang, dapat membuat daya tahan tubuh melemah.
"Semua penyakit akan mudah menyerang tubuh manusia yang memiliki daya tahan tubuh yang lemah,’’ tegas Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Wiralodra Indramayu, Dr H Riyanto Martomijoyo MKes.
Ada pun sejumlah penyakit yang harus diwaspadai saat musim pancaroba di antaranya adalah infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), demam berdarah dengue (DBD) dan diare. Selain mudah menyerang, penyakit-penyakit tersebut mudah menular di tengah masyarakat.
Selain itu, lanjut Riyanto, musim pancaroba dengan intensitas hujan yang rendah juga akan menimbulkan genangan-genangan air di tengah lingkungan masyarakat. Padahal, genangan-genangan air tersebut dapat menjadi tempat berkembang biaknya vektor penyakit.
Nyamuk Aedes Aegypti yang menjadi penyebar penyakit DBD menjadi salah satu contoh. Nyamuk tersebut, ujarnya, menjadikan genangan air sebagai tempatnya berkembang biak. Karenanya, semakin banyak genangan air, maka akan semakin mudah bagi nyamuk itu berkembang biak.