Kamis 24 Oct 2013 19:41 WIB

WTO Biangnya Obat Mahal

  Aksi menolak WTO dari Jaringan Perubahan Indonesia (JAPI) melakukan teaterikal simbol kematian akibat mahalnya harga obat di depan Gedung Sate, Kota Bandung, Kamis (24/10).  (Republika/Edi Yusuf)
Aksi menolak WTO dari Jaringan Perubahan Indonesia (JAPI) melakukan teaterikal simbol kematian akibat mahalnya harga obat di depan Gedung Sate, Kota Bandung, Kamis (24/10). (Republika/Edi Yusuf)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Puluhan massa dari jaringan Perubahan Indonesia (JAPI) melakukan aksi menolak badan dunia World Trade Organization (WTO) yang menyebabkan mahalnya harga obat khususnya  jenis Anti Retroiviral Virus (ARV) yang digunakan oleh orang dengan HIV/AIDS (Odha), di depan Gedung Sate, Kota Bandung, Kamis (24/10).

Mereka mendesak pemerintah tidak melakukan kerjasama dengan World Trade Organization (WTO) yang akan mengikat Indonesia untuk membayar paten yang berakibat pada mahalnya harga obat-obatan. Mereka berharap kemandirian produksi ARV dalam negeri, meningkatkan pilihan obat ARV dan obat-obatan esensial seperti kanker, jantung, lupus, leukimia, hepatitis, dan penyekit kronis lainnya agar dapat diproduksi dalam negeri dengan harganya terjangkau.

sumber : Republika/Edi Yusuf
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement