Kamis 24 Oct 2013 17:18 WIB

Muhammadiyah Memainkan Peran Bangun Peradaban

Rep: Edy Setiyoko/ Red: Heri Ruslan
Malik Fajar
Malik Fajar

REPUBLIKA.CO.ID,   SOLO -- Persyarikatan Muhammadiyah mempunyai andil besar, sekaligus berperan dari zaman ke zaman dalam membangun peradaban umat.

Petikan ini dianggap penting Prof Dr A Malik Fadjar, MSc, Ketua PP Muhammadiyah, guna menarik benang merah bagaimana pergulatan dan komitmen Muhammadiyah sebagai gerakan Islam yang 'berkemajuan'.

''Kalau peradaban itu dipahami sebagai keadaan budaya dari suatu kelompok sosial yang menggambarkan tingkat pencapaian tertentu dalam berbagai bidang, maka salah satu tingkat pencapaian yang menonjol dan terukur dari Muhammadiyah adalah, bidang pendidikan dalam arti luas,'' kata Malik Fadjar, Kamis (24/10).

Tampil sebagai pembicara kunci seminar dan training 'Peran Islam dalam Membangun Peradaban' di Gedung Djazman Al Kindi pada acara Milad ke-55 Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), mantan Mendiknas era Presiden Megawati Soerkarnoputri ini, mengungkap hasil studi bahwa keberhasilan Muhammadiyah yang luar biasa terletak dalam kegiatan pendidikan, baik kalangan orang-orangtua maupun pemuda.

Sekolah-sekolah Muhammadiyah, termasuk beberapa yang bahkan memakai Bahasa Belanda sebagai pengantar, mengajarkan silabus modern yang memasukan pendidikan umum dan pendidikan gaya Barat, maupun pengajaran agama yang berdasarkan pelajaran Bahasa Arab dan tafsir Al-Qur'an.

Kutbah-kutbah dalam bahasa daerah membawa kata-kata Nabi kepada para pemeluknya dalam cara yang bisan dipahami, yang disesuaikan denghan Indonesia modern.  Kegiatan dakwah secara teratur yang membawakan syiar islam yang sudah dipersegar ke daerah pedesaan. Organisasi pemuda dan wanita, klinik dan rumah wakaf  serta sekolah baru, semuanya menunjukkann sejauhmana Muhammadiyah telah berhasil mengambil alih moetode-metode Barat. Khususnya, metode misi Kristen di Indonesia.

Mengutip yang tersurat dan tersirat dari hasil studi Harry J Benda tersebut, adalah gambaran awaln kehadiran Muhammadiyah sejak 1912 sebagai gerakan islam dalam membangun peradaban umat. Tentu, melalui model pendidikan dan pengajaranya itulah 'Sang Pencerah sekaligus Pendiri Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan, memulai dakwahnya untuk mewujudkan Islam yang lebioh 'genuine' dan lebih merangkum seluruh kehidupan nyata.

Dan, model ini terus berlangsung, tumbuh dan berkembang dalam gerak melintasi jaman. Institusi atau pranata-pranata Muhammadiyah dalam berperan membangun peradaban umat, baik pengorganisasian maupun pengalamannya secara simbolik nampak jelas dan menyatu sebagai bagian tak terpisahkan dari peradaban umat dan bangsa Indonesia.

Kini, Muhammadiyah dalam 'gerak melintasi zaman dakwah dan tajdidn (pembaharuan) utama' telah memasuki abad kedua (1330-1434 H atau 1912-2013 M). Keberadaan dan peran Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM), baik universitas, institut maupun sekolah tinggi, akademi, politeknik dan diploma yang jumlahnya mencapai lebih dari 151. Ini tersebar dari Aceh sampai Jayapura.

''Sungguh merupakan kekuatan tersendiri untuk memainkan peran dalam membangun peradaban umat,'' katanya. Melalui perguruan tinggi diharapkan akan semakin besar lapisan umat yang mampu melaksanakan pekerjaan berbasis profesionalisme, dan lahirnya generasi umat yang memiliki kesadaran memperadabkan umat. Karenanya, tema yang diusung UMS dalam seminar ini perlu untuk ditindaklanjuti dan dijadikan program pengembangan institusi dan aksi.

Manusia Beradab

Dr Adian Husaini, Ketua Program Magister dan Doktor Pendidikan Islam Universitas Ibn Khaldun Bogor, menegaskan pentingnya penegakan 'adab' ditengah masyarakat muslim. Mantan wartawan republika ini mengutip pendapat pakar pendidikan dan pemikiran Islam, Prof Dr Syed Muhammad Naquib al-Attas, sudah mengajukan istilah ta'dib untuk suatu proses pendidikan. Tujuannya  membentuk manusia yang beradab, atau manusia yang baik (a good man). Dengan itu, tujuan pendidikan islam adalah mencetak manusia yang baradab.

Universitas Islam, sebagai lembaga pendidikan tinggi, sudah sepatutnya mulai melakukan pengkajian serius terhadap adab dan ta'dib, serta aplikasi dalam pendidikan. Dengan itu, diharapkan dari kampus-kampus Islam akan lahir ilmuwan yang baik, beradab kepada Allah, kepada Nabi Muhammad SAW, pewaris Nabi yang saleh.

Mereka, juga beradab kepada masyarakatnya, beradab kepada ilmu, dengan memahami makna dan tujuan ilmu serta maratibul ilmi dalam Islam. Beradab juga kepada guru, orangtua, dan lingkungan.

''Insya Allah, dengan menerapkan konsep ta'dib, cita-cita untuk membangun peradaban Islam di Indonesia, yang dalam istilah Muhammadiyah adalah, mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya, akan dapat tercapai di bumi Indonesia,'' tuturnya.

Dr Ing Gina Puspita lebih menekankan pentingnya membangun dan memanfaatkan sains teknologi yang selamat dan menyelamatkan. ''Kalau akal saja diasah, orang pantau sekalipun, dengan melupakan hal-hal rohaniah, makan makin banyak kemajuan yang dibuat hanya berjaya memajukan dunia. Tapi, tidak mampu selamatkan dunia. Kadang, dengan hasil sains itulah dia merusak dunia.

''Di sini kita baru paham hasil kemajuan yang selamat menyelamatkan mesti digabungkan antara ilmu wahyu dan akal, barulah selamat menyelAmatkan,'' kata Gina Puspita. Namun, kalau hanya wahyu semata-mata, ia hanya mempertajam rohani saja. Dia mundur dunia, maju akherat. Kehidupan di dunia susah, tapi mendapat selamat akhirat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement