REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON – Produksi dan tingkat rendemen tebu tahun ini mengalami penurunan yang cukup signifikan. Petani tebu pun meminta pemerintah untuk menaikkan harga dasar gula.
"Kami berharap harga dasar gula pada 2014 nanti dinaikkan," ujar Sekretaris DPD Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Jawa Barat, Haris Sukmawan, kepada Republika, Rabu (23/10).
Haris menjelaskan, saat ini harga dasar gula yang ditetapkan pemerintah hanya Rp 8.100 per kg dengan tingkat rendemen kurang lebih tujuh. Dia berharap, harga dasar tersebut naik minimal menjadi Rp 9.250 per kg.
Menurut Haris, kenaikan harga dasar gula tersebut diharapkan mampu mendongkrak harga lelang gula. Saat ini, harga lelang gula cukup memprihatinkan akibat pengaruh rendahnya tingkat rendemen.
Haris menyebutkan, saat lelang periode IX/2013 yang berlangsung Selasa (22/10), harga gula dipatok Rp 9.045 per kg, dengan tingkat rendemen berkisar 6,2 persen.
Harga tersebut mengalami sedikit kenaikan dibandingkan lelang periode VIII/2013 yang hanya Rp 9.010 per kg dan lelang periode VII/2013 yang seharga Rp 9.310 per kg.
Haris mengakui, harga lelang masih di atas harga dasar gula yang ditetapkan pemerintah. Namun, tingkat rendemennya sangat rendah sehingga berdampak pada perolehan produksi gula.
Haris menerangkan, jumlah gula yang dilelang pada periode IX/2013 hanya 28.200 kuintal. Padahal biasanya, jumlah gula yang dilelang bisa mencapai 30 ribu – 40 ribu kuintal.
"Rendahnya rendemen, secara otomatis membuat produksi juga rendah," kata Haris.
Sementara itu, rendahnya produksi dan tingkat rendemen tebu akhirnya membuat sejumlah petani tebu mulai enggan menanam tanaman tebu. Mereka mulai melirik jenis tanaman lain, terutama padi, yang dinilai lebih menguntungkan.
"Daripada menanam tebu tapi terus merugi, lebih baik alih tanaman lain," ujar seorang petani tebu rakyat asal Desa Kanci Kecamatan Astanajapura Kabupaten Cirebon, Topang.
Terpisah, Ketua Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Jabar, Anwar Asmali, membenarkan saat ini semakin banyak petani tebu yang beralih profesi menjadi petani komoditas lainnya. Hal itu terlihat dari semakin berkurangnya areal tanaman tebu di Kabupaten Cirebon.
"Beberapa tahun lalu areal tebu di Kabupaten Cirebon pernah mencapai 15 ribu hektare, tapi saat ini hanya tinggal 7.600 hektare," tutur Anwar.