REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur Sumatera Utara Gatot Pujo Nugroho kembali menegaskan keinginan Pemerintah Daerah Sumut untuk menguasai 58,8 persen saham PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) yang dimiliki oleh investor Jepang, Nippon Asahan Alumina (NAA). Demikian ditegaskan Gatot kepada wartawan saat ditemui jelang rapat kerja dengan Komisi VI DPR di Kompleks Parlemen Senayan, Selasa (22/10).
Menurut Gatot, pemda yang terdiri dari pemerintah provinsi Sumut dan pemerintah kabupaten/kota di daerah sekitar Inalum, telah berkumpul akhir pekan lalu untuk menguatkan keinginan tersebut. Dalam rencana penguasaan, Gatot menyadari pemda tidak memiliki uang yang cukup untuk pengambilalihan. Oleh karena itu, pemda membentuk konsorsium dan bekerja sama dengan pihak ketiga dalam hal ini PT Toba Sejahtera.
"Presentase yang dibeli teknisnya nanti dibicarakan lagi," ujar Gatot. Lebih lanjut, Gatot meyakinkan setelah Inalum diambilalih daerah, pengembangan pembangkit listrik Asahan 4 dan 5 akan diteruskan sehingga krisis listrik diharapkan bisa dikurangi. "Mimpi kita, Sumut jadi low carbon industrial zone. Konsultannya ada. Nanti saja," kata kader Partai Keadilan Sejahtera ini.
Pemerintah sejauh ini telah menyiapkan anggaran Rp 7 triliun untuk pengambilalihan Inalum. Dalam perundingan, pihak Jepang menaksir harga Inalum adalah 626 juta dolar AS, sedangkan pihak Indonesia menaksir 424 juta dolar AS. Akan tetapi, pemerintah telah menaikkan tawarannya menjadi 558 juta dolar AS dengan tetap berpegang pada audit yang dilakukan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP).
Sebagai gambaran, Inalum merupakan kontrak kerja sama antara Indonesia dan investor Jepang, Nippon Asahan Alumina (NAA). Kontrak tersebut akan berakhir pada 31 Oktober 2013. Saat ini 58,8 persen saham Inalum masih dimiliki Jepang, sedangkan Indonesia menguasai 42 persen. Setelah dikuasai penuh, Inalum diharapkan dapat melakukan penawaran saham perdana (initial public offering/IPO) untuk mendapatkan dana guna peningkatan kapasitas produksi alumina.
Hal tersebut disebabkan setelah dikuasai pemerintah, Indonesia menargetkan peningkatan kapasitas produksi alumina dari 320 ribu- 455 ribu ton per tahun. Inalum terdiri atas pabrik Peleburan Aluminium (PPA) atau smelter dengan kapasitas 225 ribu ton per tahun dan PLTA Asahan II dengan kapasitas 604 megaVolt (MV). Saat ini kapasitas produksi PT Inalum sebesar 250 ton aluminium ingot per tahun. Sebanyak 60 persen diekspor ke Jepang dan 40 persen dipasarkan di dalam negeri.