Selasa 22 Oct 2013 21:32 WIB

Pemerintah Didesak Tak Lagi Andalkan Energi Fosil

Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM).   (ilustrasi)
Foto: Republika/Adhi Wicaksono
Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah didesak untuk tidak lagi mengandalkan bahan baku fosil untuk memenuhi kebutuhan energi nasional.

"Kebijakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk tetap mengandalkan pemenuhan 85 persen kebutuhan energi nasional dari bahan bakar fosil hingga dekade mendatang adalah kebijakan yang keliru," kata Koordinator Nasional LSM Forum Masyarakat Sipil untuk Keadilan Iklim (CSF-CJI) Mida Saragih di Jakarta, Selasa (22/10).

Pemerintah dalam dekade mendatang telah menetapkan bahan bakar fosil sebagai sumber energi dominan, dan sebagai pangsa terbesar dalam campuran energi ("energy mix"), di antaranya 85 persen bersumber dari bahan bakar fosil yaitu batubara, minyak dan gas bumi.

Mida mengkritik bahwa ketetapan "energy mix" yang tertuang di dalam Peraturan Presiden tentang Kebijakan Energi Nasional No 5 Tahun 2006 berpotensi meningkatkan emisi gas rumah kaca.

"Eksploitasi energi fosil tersebut dapat meningkatkan emisi dari sektor energi, berkontribusi dalam kenaikan suhu global dan ini praktis bertubrukan dengan komitmen politik Presiden SBY dalam implementasi penurunan emisi gas rumah kaca nasional," ujarnya.

Apalagi, ia mengingatkan bahwa emisi gas rumah kaca melonjak drastis sejak masa pra-industri, terutama akibat pemanfatan bahan bakar fosil.

Menurut CSF-CJI, keselamatan sosial-ekologi terdiri atas tiga syarat yaitu keselamatan manusia, keberlangsungan fungsi ekosistem, serta produktivitas masyarakat untuk menjamin keselamatan dan berlangsungnya fungsi ekosistem.

"Ketiganya tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain. Syarat-syarat ini saling memilin satu dengan yang lain. Mengabaikan satu syarat berarti bencana bagi satu kesatuan sosial-ekologi," katanya.

Untuk itu, pemerintah diminta untuk memberikan perhatian besar guna mengelola sumber-sumber energi alternatif, antara lain melalui mikrohidro, tenaga surya, dan angin.

Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Jero Wacik menyatakan potensi energi terbarukan di Indonesia yang melimpah belum dimaksimalkan penggunaannya.

"Salah satu contoh adalah energi panas bumi yang potensinya mencapai 30.000 Mega Watt, namun baru dipergunakan 1.300 MW saja," kata Jero saat memberikan sambutan pada "Bali Energy Charter Conference" di Kuta Bali, Kamis (19/9).

Jero mengatakan, untuk potensi lainnya adalah energi biomassa yang mencapai 50.000 MW, dan baru dipergunakan 1.600 MW, energi angin dengan potensi 9.300 MW dan baru dipergunakan 2 MW saja, energi air memiliki potensi 70.000 MW, sementara energi matahari baru dipakai sebanyak 23 MW.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement