REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Seluruh bingkisan atau kado pada pernikahan putri Sri Sultan Hamengku Buwono X, Gusti Kanjeng Ratu Hayu dengan Kanjeng Pangeran Haryo Notonegoro, akan diperiksa panitia dengan menggunakan 'metal detector'.
"Upaya pemeriksaan bingkisan atau kado ini untuk mengantisipasi kemungkinan adanya aksi teror, seperti kado yang berisi bom," kata Ketua Panitia Pernikahan, KRT Yudho Hadiningrat, Selasa (22/10).
Ia menjelaskan, pengamanan juga dilakukan dengan memasang 'security door' untuk mengantisipasi kemungkinan munculnya gangguan keamanan dari 'tamu' penyelundup. "Langkah ini dilakukan untuk lebih meningkatkan kewaspadaan, karena dalam upacara pernikahan ini akan banyak datang tamu dari kalangan pejabat negara, dan relasi dari dalam dan luar negeri," katanya.
Selain itu, katanya, untuk pengamanan terkait kedatangan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Boediono juga disiapkan kendaraan lapis baja berupa empat unit panser milik Korem 072/Pamungkas Yogyakarta.
"Kendaraan lapis baja tersebut atas permintaan dari Pasukan Pengaman Presiden (Paspampres), kemarin dari Paspampres juga telah datang untuk meninjau situasi dan termasuk bagaimana langkah pengamanan jika terjadi sesuatu," katanya.
Yudho mengatakan, kendaraan lapis baja panser ini ditempatkan di dua lokasi, yakni di sebelah utara Keraton Yogyakarta dan di selatan Keraton Yogyakarta. "Pengamanan ini juga diterjunkan sekitar 3.000 pasukan, baik dari TNI, Polri serta Pengamanan Swakarsa dari masyarakat," tutur Yudho.
KPH Notonegoro resmi menjadi suami GKR Hayu, setelah melaksanakan akad nikah di Masjid Panepen, Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Selasa pagi. Setelah ijab kabul, prosesi pernikahan GKR Hayu dengan KPH Notonegoro akan dilanjutkan dengan ritual 'panggih' atau temu temanten di Bangsal Kencana pada pukul 10.00 WIB, yang akan dihadiri Presiden dan Wakil Presiden RI.