REPUBLIKA.CO.ID,
KARAWANG -- Seorang warga Desa Sumber Jaya, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, mengkhawatirkan nasib anaknya bernama Wanti (22) yang sedang bekerja di Suriah.
Menurut Ratam di Karawang, Minggu, ia mengkhawatirkan nasib anaknya itu setelah Wanti mengaku sudah tidak betah dengan kondisi Suriah yang mengerikan akibat perang saudara yang berkepanjangan.
"Ketika menelepon dua pekan lalu, anak saya memberitahu bahwa Suriah dilanda gejolak yang mengerikan akibat konflik," kata Ratam, warga Desa Sumber Jaya, Kecamatan Tempuran, Karawang, itu.
"Cerita Wanti, hampir setiap hari ia selalu mendengar suara tembakan senapan dan ledakan bom. Jadi tidak betah," ungkap Ratam mengutip penjelasan anaknya.
Ia mengatakan anaknya berangkat ke luar negeri untuk bekerja pada 2005 melalui seorang warga asal Sumur Batu, Kecamatan Rawamerta, Karawang.
Sejak keberangkatannya itu, selama bertahun-tahun, pihak keluarga tak mendapat kabar namun, sekitar dua pekan lalu, Wanti menghubungi keluarga di Karawang, katanya.
Karena mengkhawatirkan nasib anaknya, Ratam mengatakan ia dan keluarganya berharap pemerintah bisa segera memulangkan Wanti.
Terkait dengan kondisi Suriah itu, Kementerian Luar Negeri RI di Jakarta telah berkoordinasi dengan KBRI Damaskus dan KBRI Beirut untuk memulangkan WNI dari Suriah ke Tanah Air.
Menurut pernyataan pers Kemlu RI, sejak Februari 2012 hingga 27 September 2013, Pemerintah RI memulangkan 5.734 WNI dari Suriah ke Tanah Air secara bertahap dalam 188 gelombang (sortie).
Selain itu, Pemerintah RI juga telah memfasilitasi pemulangan lebih dari 3.574 WNI melalui pengurusan dokumen keimigrasian, penyelesaian permasalahan ketenagakerjaan, pendekatan dan negosiasi dengan majikan, dan hal-hal terkait lainnya.
Dengan demikian total WNI yang telah dipulangkan sebanyak 9.308 orang. Di antara mereka adalah 261 tenaga kerja Indonesia tersebut.
Dari jumlah itu, 11 orang merupakan TKI yang sebelumnya dimasukkan pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab ke Suriah secara ilegal pada masa moratorium.