Selasa 08 Oct 2013 02:52 WIB

Cuaca Kotawaringin Timur Makin Ekstrem

Sinar matahari
Sinar matahari

REPUBLIKA.CO.ID, SAMPIT, KALTENG -- Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Bandara H Asan Sampit mengingatkan bahwa cuaca di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, makin ekstrem sehingga rawan kebakaran lahan.

"Temperatur saat ini sampai 35 derajat Celsius sehingga dinyatakan ekstrem. Kalau temperatur tinggi maka gambut akan mudah terbakar," kata Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Bandara H Asan Sampit, Yulida Warni di Sampit, Senin (8/10).

Yulida menjelaskan, temperatur di Kotawaringin Timur, khususnya di Sampit beberapa hari terakhir memang meningkat. Jika sebelumnya temperatur berkisar antara 28 hingga 30 derajat Celsius, beberapa hari terakhir naik hingga mencapai 35 derajat Celsius sehingga cuaca terasa gerah.

Kondisi ini membuat lahan gambut sangat mudah terbakar karena kering, apalagi jika memang sengaja dibakar. Intensitas hujan yang mulai berkurang juga membuat Kotim rawan terjadi kebakaran lahan.

"Hasil pengamatan dan data prakiraan yang ada, tanggal 7 sampai 13 Oktober rawan kebakaran lahan. Tanggal 9 Oktober itu sangat mudah terbakar. Membuang puntung rokok jangan sembarangan karena bisa menyulut api," ujarnya mengingatkan.

Parameter tingkat kerawanan kebakaran lahan di antaranya adalah temperatur, kelembaban, kecepatan angin dan curah hujan. Faktor-faktor ini sudah dapat dijadikan patokan bagi semua pihak untuk mengetahui dan mengantisipasi kerawanan kebakaran lahan.

Ditambahkan Yulida, sebagian kawasan di Kotawaringin Timur terdapat lahan gambut, termasuk lahan yang ditempati kantor BMKG setempat dengan ketebalan gambut sekitar tiga meter. Bahkan, informasi yang diterimanya, ada kawasan di Kotawaringin Timur yang ketebalan gambutnya mencapai 12 meter.

Curah hujan di Kotawaringin Timur cukup tinggi yakni mencapai 200 sampai 300 milimeter lebih per bulan. Pertengahan September lalu, curah hujan dalam sekali hujan saja mencapai 115 milimeter, namun itu belum cukup menjamin lahan tidak terbakar.

Meski curah hujan tinggi, namun tidak menjamin tidak terjadi kebakaran lahan mengingat saat musim kering seperti ini lahan gambut akan mudah terbakar dan sulit dipadamkan.

"Sekali hujan itu paling hanya bisa mengangkat air satu meter di dalam tanah dan membasahi satu meter dari atas permukaan tanah, sedangkan gambut sisanya masih kering. Ini yang membuat lahan saat musim seperti ini sangat mudah terbakar," sambung Yulida.

Yulida menyarankan masyarakat untuk menghindari dan mewaspadai ancaman kebakaran lahan. Pemerintah daerah juga harus meningkatkan kewaspadaan dan cepat menanggulangi fenomena di lapangan supaya kebakaran dan asap tidak bertambah parah.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement