Senin 07 Oct 2013 18:04 WIB

Siswono: Indonesia Ketinggalan Siapkan SDM untuk AEC

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Djibril Muhammad
Siswono Yudohusodo
Foto: Nunu/Republika
Siswono Yudohusodo

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pasar bebas ASEAN Economic Community (AEC) 2015, sudah di depan mata.  Selain itu, Indonesia akan berhadapan juga dengan pasar bebas Asia Pasifik.

Namun, menurut Ketua Pembina Yayasan Pendidikan dan Pembina Universitas Pancasila, Siswono Yudohusodo, Indonesia ketinggalam dalam menyiapkan sumber daya manusia (SDM) untuk menghadapi pasar bebas tersebut.

"Kita tak bisa bicara siap tak siap. Tapi, mau tak mau harus mempersiapkan diri dalam waktu yang singkat. Sayangnya, kita ketinggalan dalam menyiapkan diri," ujar Siswono kepada Republika usai acara Dies Natalis ke 47 dan Wisuda Semester Genap Tahun Akademik 2012/2013, Senin (7/10).

Menurut Siswono, indikasi Indonesia tak siap menghadapi pasar bebas, bisa dilihat dari masih kuatnya nilai impor Indonesia. Sebaliknya, nilai ekspor sangat lemah. Indonesia, seharusnya memiliki bank tabungan pos untuk menyiapkan diri agar  dolar tak dibeli oleh orang asing.

"Jujur, selama ini berbagai kebijakan pemerintah kurang mengantisipasi dan belum siap menghadapi globalisasi," katanya.

Senada dengan Siswono, Pakar Ekonomi Prof Dr Anwar Nasution, untuk menyiapkan pasar global ada beberapa hal yang harus dilakukan pemerintah. Yakni, meningkatkan daya saing dengan memberikan insentif keuangan.

Selain itu, harus ada peningkatan universitas teknis. Yakni, bagaimana agar Indonesia bisa lebih produktif. "Harus diajarkan itu, tuan rumah Apec, apa hasilnya? kagak ada. Karena, tak pernah diperbaiki sistem investasi dan impor keluar negeri," katanya.

Menurut Anwar, untuk menghasilkan tenaga kerja yang siap pakai, maka harus dipikirkan pembuatan pendidikan teknik dan politeknik. Agar, bisa langsung menguasai berbagai proyek baik  pertambangan maupun non migas.

"Di pertambangan, yang menduduki posisi tinggi orang Australia, Indonesia cuma jadi supir traktor dan satpam," katanya.

Sehingga, kata dia, Proyek Asahan, tak ada dampaknya pada masyarakat Sumut. Padahal, orang Indonesia harusnya seperti Norwegia, tadinya bangkitkan listrik belajar ke Jerman. Sekarang, sudah bisa memanfaatkan pasar luar negeri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement