Sabtu 05 Oct 2013 10:29 WIB

Pemprov DKI Perlu Lakukan Transformasi Visi Wisata ke Masyarakat

Anak-anak bermain dengan Ondel-ondel yang tak digunakan saat Lebaran Betawi di Silang Monas, Jakarta Pusat
Foto: ANTARAFOTO/Fanny Octavianus
Anak-anak bermain dengan Ondel-ondel yang tak digunakan saat Lebaran Betawi di Silang Monas, Jakarta Pusat

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jakarta masyhur sebagai pusat perbelanjaan, kuliner, hiburan, dan wisata belanja bagi wisatawan mancanegara. Calon anggota DPD daerah pemilihan DKI Jakarta, Rommy mengungkapkan, gemerlapnya ibu kota menjadikan Jakarta sebagai kota metropolitan yang hidup, baik siang maupun malam hari.

"Jakarta melalui promosi wisatanya "Enjoy Jakarta" akan mengelola kembali budaya betawi sebagai daya tarik Jakarta, juga pasar malam pedagang kaki lima, sebagai alternatif wisata kuliner yang sudah ada,serta wisata golf," ujar calon anggota senator itu, Sabtu (5/10).

Menurut dia, Jakarta banyak sekali memiliki tempat tujuan wisata. Diakuinya, Jakarta memang tidak memiliki banyak wisata alam seperti Bali atau Lombok, namun kota metropolitan itu banyak memiliki tujuan wisata "man-made", seperti ancol, taman mini, kebun binatang, pusat olahraga, museum, dll.

''Jika dikelola dengan baik, ini akan menjadi daya tarik karena menyuguhkan wahana hiburan bagi anak-anak. Kepulauan seribu, Pulau Tidung pun jika dikelola dengan baik akan mendatangkan pendapatan daerah yang besar," tutur Rommy.

Ia mengungkapkan usulan Gubernur DKI Jakarta Jokowi soal paket wisata terintegrasi kawasan ASEAN akan semakin menarik para wisatawan mancanegara untuk berkunjung ke Indonesia, khususunya Jakarta.

''Namun dari semua ini, pemerintah DKI harus mampu meyakinkan wisatawan bahwa Jakarta adalah kota yang aman dan nyaman. Karena jika tidak, mereka akan mencari alternatif tujuan ke daerah atau negara lain. Keamanan hotel/apartemen, restoran/klub malam,transportasi dan lain-lain harus dijaga,'' papar Rommy.

Rommy mengingatkan peristiwa pemerkosaan di dalam taksi terhadap turis, pengeboman JW Marriott 2003 dan 2009 di Jakarta, razia klub malam oleh sekelompok orang, tawuran antarmasyarakat, transportasi yang buruk berujung pada kemacetan, serta banyaknya proses pembuatan makanan yang buruk oleh pedagang kaki lima menggunakan boraks menjadi PR pemerintah DKI.

''Semuanya ini tidak hanya tugas pemerintah DKI. Harus ada transformasi visi wisata ke masyarakat, agar masyarakat juga berperan aktif dan "sadar wisata". Misalnya, dengan menjaga keamanan lingkungan sekitar dan kontrol terhadap aktivitas penghuni yang mencurigakan, menjaga kebersihan, dan juga turut berpartisipasi dalam program mengurangi kemacetan."

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement