REPUBLIKA.CO.ID, BANJARMASIN -- Pengamat politik di Kalimantan Selatan, Addy Chairuddin Hanafiah berpendapat, praktik money politics atau politik uang pada pemilu yang banyak terjadi di Indonesia, sama dengan mengajak berbuat dosa secara berjamaah.
"Apalagi kalau Islam menyatakan, baik yang menyuap maupun yang menerima suap, sama-sama berdosa. Sementara politik uang itu sama dengan suap-menyuap atau sogok-menyogok," ujarnya, di Banjarmasin, Senin (30/9).
Karenanya, mantan ketua Fraksi Partai Golkar DPRD tingkat provinsi tersebut mengaku prihatin demham praktik politik uang pada Pemilu 2014.
Menurut alumnus Fakltas Sosial dan Politik (Sospol) Universitas Lambung Mangkurat (Unlam) Banjarmasin itu, praktik politik uang bukan membuat pemilih menjadi cerdas atau mencerdaskan kehidupan bangsa.
"Praktik politik uang itu justru membuat mental dan moral bangsa menjadi rusak. Hal tersebut tak bisa kita biarkan, kalau memang mau menjadi bangsa yang bermartabat," tuturnya.
Semua elemen masyarakat, katanya, tak terkecuali pimpinan-pimpinan partai politik bertanggungjawab menjaga kerusakan mental dan moral generasi bangsa. "Seperti menghindari praktik politik uang," imbuhnya.
Pun pihak-pihak terkait dengan pelaksanaan pemilu hendaknya lebih intens lagi melakukan pengawasan terhadap kemungkinan praktik politik uang tersebut, serta menindak tegas manakala terjadi.