Sabtu 28 Sep 2013 13:20 WIB

Dewan Transportasi: Mobil Murah Bohongi Masyarakat

Rep: Ira Sasmita/ Red: Endah Hapsari
Mobil murah (ilustrasi)
Foto: r3870me
Mobil murah (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Dewan Transportasi Kota Jakarta, Tulus Abadi menilai kebijakan mobil murah yang dikenalkan sebagai program LCGC (Low Cost Green Car) membohongi masyarakat. Mobil murah dan ramah lingkungan menurutnya hanya sekedar kesan yang ingin dibangun pemerintah, padahal nyatanya kebijakan tersebut justru merugikan masyarakat kebanyakan.

"Mobil yang seoalah-olah murah dan seolah-olah green car. Ada kebohongan dan kepalsuan dalam program LCGC itu," kata Tulus dalam diskusi bertajuk Mobil 'Murah Diuji Transportasi Layak Dinanti' di Warung Daun, Cikini, Jakarta, Sabtu (28/9).

Setidaknya, lanjut Tulus, terdapat sembilan kebohongan yang diumbar pemerintah melalui kebijakan mobil murah tersebut. Pertama, konsep kendaraan berbiaya murah (low cost) yang digadang pemerintah. Menurut Tulus, justru konsep murah itu melecehkan masyarakat.

"Menteri Perindustrian bilang LCGC itu untuk kelas menengah ke bawah. Padahal kelas menengah bawah itu enggak mikirin mobil, mereka hanya mikirin kontrakan, kebutuhan pokok, dan bagaimana mendapatkan transportasi umum," ungkap Tulus.

Dari aspek harga, Tulus menjelaskan, mobil murah yang dikampanyekan pemerintah sebenarnya tidak semurah yang dibayangkan. Dengan komponen dan spesifikasi yang sama, mobil sejenis dilepas dengan harga di bawah Rp 50 juta di India. Sedangkan di Indonesia, harganya mendekati Rp 100 juta. Harga tersebut melambung dengan penjualan menggunakan metode kredit. Akhirnya, masyarakat sedikitnya mengeluarkan sekitar Rp 120 juta untuk memiliki mobil murah tersebut.

Kebohongan yang kedua, pemerintah menjual mobil murah dengan kelebihan sebagai kendaraan ramah lingkungan (green car). Tulus menganggap pemerintah melakukan pembohongan. Lantaran mobil tersebut tetap menggunakan bensin bersubsidi. Karena logikanya, mobil murah tidak mungkin menggunakan bensin dengan harga yang lebih mahal. Apa lagi sebagian besar mobil itu akan digunakan di Jakarta, di mana per harinya konsumen menghabiskan sekitar 20 liter per hari di jalanan. Ditambah dengan penggunaan air conditioner (AC) di tengah kemacetan ibu kota.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement