Senin 23 Sep 2013 07:31 WIB

Muda Mengabdi Tua Korupsi

M Fakhruddin
Foto: Naslih Nasrullah
M Fakhruddin

REPUBLIKA.CO.ID,Oleh: Muhammad Fakhruddin

Twitter: @penareal2001

“Saatnya yang muda mengabdi”

Kalimat yang tidak asing tersebut sering kali terpampang di sejumlah spanduk calon anggota legislatif (caleg) maupun calon kepala daerah. Semula, kalimat tersebut mungkin hanya sebatas jargon politik yang diikuti dengan sebuah pertanyaan, “Bisa apa anak muda?”

Anak muda dinilai belum memiliki pengalaman untuk memimpin. Namun, ternyata jargon tersebut mendapat momentumnya saat ini. Sejumlah partai politik mulai berani memunculkan politikus mudanya untuk bertarung di pemilukada maupun Pemilu 2014.

Belakangan ini, sedikitnya tiga pemilukada yang dimenangkan calon wali kota dan gubernur dari kalangan muda. Pada Pemilukada Kota Bogor, politisi Partai Amanat Nasional (PAN) Bima Arya (41 tahun) terpilih sebagai wali kota Bogor, sesuai hasil rapat pleno perhitungan suara KPU Kota Bogor. Pada Pemilukada Jawa Tengah, Ganjar Pranowo (44) yang disokong PDI Perjuangan berhasil merebut kursi gubernur. Sedangkan, politisi dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) M Ridwan Kamil (41) berhasil merebut tampuk kepemimpinan Kota Bandung.

Munculnya para pemimpin muda itu melahirkan sebuah harapan perubahan bagi masyarakat. Terutama di tengah rendahnya kepercayaan masyarakat akibat banyaknya pejabat yang terjerat kasus korupsi. Kemunculan Ridwan Kamil misalnya, hampir bersamaan dengan kasus dugaan suap yang menimpa wali kota Bandung Dada Rosada. Sehingga, Ridwan mudah mengalahkan pesaingnya, istri Dada, Nani Suryani, yang maju sebagai calon wakil wali kota mendampingi Ayi Vivananda.

Bima Arya juga berjanji akan memenuhi semua harapan masyarakat untuk dapat menyelesaikan berbagai persoalan yang mendera Bogor selama ini. Salah satu langkah yang akan dilakukan adalah menggandeng Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam menjalankan pemerintahannya. Pesaing terberatnya, calon wali kota Kota Bogor, Achmad Ruyat pernah menjadi terdakwa korupsi meskipun akhirnya tidak terbukti.

Tokoh muda dinilai masih idealis, bersih, dan belum terkontaminasi oleh koruptor. Masyarakat cendrung lebih percaya dengan tokoh muda yang belum tersandung kasus korupsi. Artinya, muncul harapan kepada tokoh muda dibandingkan tokoh tua dalam memberantas korupsi.

Pemimpin baru dinilai lebih menjanjikan. Soal faktor usia, memang bukan menjadi faktor utama. Sebab, poin terpenting adalah bagaimana bisa menjadi sosok yang dapat dipercaya. Dan untuk meraih kepercayaan itu, tentunya memerlukan rekam jejak yang baik.

Munculnya pemimpin muda ini, salah satu sebabnya adalah karena gonjang-ganjing kondisi perpolitikan nasional. Terlebih, dengan pemberitaan di media yang setiap hari selalu dipenuhi dengan kebobrokan elite politik nasional.

Perilaku bobrok para elite di pusat yang banyak menjadi terduga korupsi secara tidak langsung memberikan tren apatisme masyarakat terhadap pemimpin yang ada saat ini. Tren tersebut merembet ke daerah-daerah yang membuat masyarakat kurang percaya dengan pemimpin yang kebanyakan sudah berusia tua, meskipun kaya pengalaman namun penuh dengan indikasi korupsi.

Pemimpin muda yang sudah terpilih menjadi kepala daerah diharapkan dapat terus menjaga amanah dari masyarakat. Sehingga, kemunculan pemimpin muda ini bisa terus bergulir ke daerah lain, bahkan pada suksesi kepemimpinan nasional pada Pemilihan Presiden 2014.

Politikus muda tetap harus bekerja keras untuk dapat memberikan keyakinan kepada masyarakat. Sehingga, setelah terpilih menjadi pemimpin, mereka tidak terjatuh pada lubang yang sama. Pemimpin muda harus meneguhkan pendirian untuk tidak korupsi dan tergoda untuk melakukan praktek korupsi yang mungkin sudah melembaga dan menahun pada birokrasi di negeri ini.

Namun, mereka yang kini masih muda tentunya nanti akan tua juga. Pepatah bijak mengatakan “tua itu pasti, dewasa itu pilihan”. Dalam konteks pemimpin muda yang kini memerintah, bisa dipelesetkan “tua itu pasti, korupsi itu pilihan”. Jangan sampai setelah mereka mengerti korupsi, jargonnya malah berubah “muda mengabdi tua korupsi”

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement