REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Pengamat transportasi Universitas Negeri Semarang, Alfa Narendra, berpendapat, pemerintah harusnya lebih mementingkan perbaikan moda transportasi umum dibanding mobil murah.
Sebab, menurut Alfa, moda transportasi umum sangat efektif mengurangi kepadatan di jalan raya. "Masyarakat memilih naik motor itu karena lebih murah dibanding menumpang kendaraan umum. Harusnya kendaraan umum yang lebih dulu diperhatikan, dibenahi, ditingkatkan kenyamanannya, dan sebagainya," katanya, Jumat (20/9).
Kalau pemerintah sudah mampu menghadirkan moda transportasi massal yang murah dan nyaman, kata Alfa, tentunya masyarakat akan berbondong-bondong memilih angkutan ketimbang naik sepeda motor yang sangat berisiko.
"Masyarakat sebenarnya sudah paham mengendarai motor itu sangat riskan. Bayangkan saja, pengendara full body contact langsung dengan jalanan. Namun, tetap saja banyak yang lebih pilih naik motor," tutur Alfi.
Belum lagi, kata dia, konsekuensi tidak langsung yang ditanggung pemerintah dengan membanjirnya mobil murah, seperti pembangunan, perbaikan, dan penambahan ruas jalan, serta penyediaan lahan parkir.
"Apa sekarang ini pemerintah sudah bisa memenuhinya? Kan belum. Bagaimana nanti jika mobil-mobil murah membanjiri jalan? Anggaran pemerintah untuk memenuhi konsekuensi atas kendaraan pribadi tak akan cukup," imbuh pengajar Fakultas Teknik Unnes.
Berkaitan dengan pembenahan moda transportasi massal, ia mengakui konsekuensinya memang biaya langsung yang besar yang harus ditanggung pemerintah, sebab pengalaman banyak negara angkutan umum pasti disubsidi.
"Namun, ya itu (pembenahan angkutan massal) harus diutamakan. Keuntungannya, pemerintah tak perlu menyediakan lahan parkir, biaya pemeliharaan jalan, dan volume kendaraan pribadi di jalan berkurang," kata Alfa mengakhiri.