REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di beberapa kota besar, calon kepala daerah muda, banyak dipilih oleh masyarakat.
Menurut pengamat politik dari Universitas Parahyangan (Unpar), Prof Dr Asep Warlan Yusuf, usia muda saja tak cukup sebagai modal agar bisa dipilih masyarakat. Namun, pemimpin muda tersebut harus memiliki kemampuan yang lain.
"Minimal, tokoh muda itu harus memiliki kecerdasan. Kalau sekadar muda, percuma tak akan dipilih," ujar Asep kepada Republika, Jumat (20/9).
Asep mengatakan, selain cerdas, tokoh muda tersebut harus memiliki track record yang baik. Lalu, harus bersih, otentik artinya bersikap yang sebenarnya tak hanya sekadar pencitraan, dan dekat dengan masyarakat.
"Jadi, patokannya bukan hanya usia muda. Yang penting cerdas dan jujur yang tua pun bisa jadi pilihan. Misalnya, di Kabupaten Sumedang, yang terpilih usianya paling tua," katanya.
Menurut Asep, ia sering berkeliling untuk menjadi pembicara ke semua daerah di Indonesia. Ternyata, semuanya sama.
Pemimpin yang dipilih masyarakat, adalah yang memiliki banyak keunggulan dibandingkan calon lain. Terutama, memiliki kejujuran, bersih, dan kecerdasan.
"Fenomena ini menunjukkan, masyarakat pemilih di Indonesia, sekarang sudah mulai rasional dan well inform,'' katanya.
Dikatakan Asep, dengan banyaknya pemimpin berkualitas yang dipilih masyarakat, memperlihatkan juga kalau masyarakat kapok memilih pemimpin yang saat kampanye tidak mencerdaskan mereka.
"Tingginya golongan putih di setiap Pilkada juga memperlihatkan, masyarakat kecewa dengan calon yang ada karena tak ada yang dinilai baik sesuai harapan mereka," katanya.