Jumat 20 Sep 2013 17:48 WIB

Harga Daging Mahal, Warga Jabar Diimbau Konsumsi Ikan

Rep: Lingga Permesti/ Red: Djibril Muhammad
Pedagang daging sapi lokal di Pasar Senen, Jakarta Pusat, Selasa (6/8). (Republika/Adhi Wicaksono)
Pedagang daging sapi lokal di Pasar Senen, Jakarta Pusat, Selasa (6/8). (Republika/Adhi Wicaksono)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Dinas Perdagangan (Disdag) Jawa Barat (Jabar) mengimbau masyarakat untuk mengganti (substitusi) konsumsi daging ayam dan daging sapi ke protein hewani seperti ikan air laut dan ikan air tawar. Imbauan ini dilakukan karena merangkaknya harga komoditi daging ayam broiler.

"Yang perlu diantisipasi adalah, perlu adanya peralihan atau substitusi kalau daging sapi dan ayam mahal, protein hewani baik ikan air laut dan ikan air tawar dapat menjadi pilihan masyarakat," kata Kepala Disdag Jabar Ferry Sofwan, Jumat (20/9).

Berdasarkan survei harga kebutuhan pokok di lima lokasi pasar di Bandung, harga daging ayam semakin mengalami kenaikan. Harga daging ayam, kata dia, meningkat menjadi Rp 38 ribu per kilogram dari semula Rp 35 ribu per kilogram.

Peningkatan harga ini, kata dia, bisa jadi karena suplai daging ayam yang berkurang sementara permintaan semakin meningkat.

Ferry mengungkap, kebutuhan daging ayam dan daging sapi jelang Idul Adha juga mengalami peningkatan. Meski tak bisa mengeluarkan angka pasti jumlah kebutuhan tersebut, Ferry meyakini kebutuhan daging menjelang lebaran Idul Adha dapat tercukupi.

"Berbeda dengan Idul Fitri yang tradisinya harus ada daging ayam dan daging sapi, Idul Adha sudah tercukupi karena sudah ada pos-pos kurban di daerah masing-masing. Sehingga tidak perlu ada yang dikhawatirkan," ujar dia.

Ferry juga meminta masyarakat untuk waspada akan adanya ayam  tiren (mati kemarin) yang beredar di pasaran. Menurut dia, tingginya harga daging ayam memicu maraknya peredaran ayam tiren. Masyarakat, ia menjelaskan, harus cermat apabila ada pedagang yang menjual harga ayam yang lebih murah dari harga pasar.

"Terlebih lagi beberapa pasar buka 24 jam sehingga masyarakat perlu teliti saat membeli ayam di malam hari. Apalagi pasar saat malam penerangannya kurang," kata dia,

Ia sudah mendorong Dinas Perdagangan Kabupaten dan Kota untuk mengawasi harga daging ayam dan sapi serta peredaran ayam tiren.

Kerja sama, kata dia, memang perlu dilakukan berbagai pihak seperti dinas kesehatan, dinas peternakan dan Balai Besar POM. Ia meminta agar kerja sama tersebut dapat mendorong panganan yang halal, aman, utuh dan sehat untuk masyarakat.

"Untuk saat ini kami mendorong berbagai hal, inspeksi mendadak pun kerap dilakukan. Namun, saat ini ditekankan kepada masyarakat untuk lebih teliti dalam membeli daging ayam dan kalau bisa menggantinya dengan komoditi substitusi seperti ikan," katanya menjelaskan.

Ketua Divisi Perunggasan Pesat Jabar Yoyo Sutarya mengungkap, ribuan pedagang ayam di Bandung Raya diprediksi gulung tikar karena tingginya harga daging ayam di pasaran.

Kenaikan harga daging ayam ini, jelasnya, berdampak langsung pada omset pedagang kecil. Ia mengungkap, penjualan daging ayam mengalami penurunan drastis setiap harinya. Biasanya, pedagang dapat menjual 500 ekor per hari, kini hanya sekitar 100 ekor.

"Alhasil, banyak pedagang yang beralih menjual komoditi seperti sayuran yang modal dan harganya lebih terjangkau," kata.

Ia mengancam, para pedagang sapi akan mogok berjualan jika harga daging ayam masih terus mengalami kenaikan. Ia meminta pemerintah terjun ke lapangan dan menginvestigasi dugaan permainan kartel dalam perdagangan daging ayam.

"Idealnya harga daging ayam di kisaran Rp 27-28 ribu kilogram. Kami meminta pemerintah dapat menstabilkan harga," ujar dia.

Sementara itu, Ketua Himpunan Lembaga Konsumen Indonesia (HLKI) Jabar Banten dan DKI Firman Turmantara sangat prihatin dengan harga daging ayam yang semakin tinggi.

Kondisi ini selain dapat membuat daya beli masyarakat turun, juga memicu pedagang untuk berbuat curang dengan menjual ayam tiren. Peredaran ayam tiren, kata dia, adalah hal yang biasa jika harga daging ayam tinggi.

"Pemerintah sangat lemah dalam mengawasi peredaran ayam tiren ini. Kami berharap pemerintah khususnya Disperindag Kabupaten Kota dan Provinsi segara turun ke lapangan. Sanksi tegas harus diberikan kepada pedagang nakan yang menjual ayam tiren tersebut," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement