Rabu 18 Sep 2013 22:29 WIB

Pasar Dibanjiri Gula Impor, Ini Jawaban Kemendag

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Dewi Mardiani
Gula impor
Foto: Antara
Gula impor

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Perdagangan (Kemendag) Indonesia menjawab alasan mengenai membanjirnya gula impor dan merembesnya peredaran gula rafinasi ke pasar umum.

Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Indonesia Bayu Krisnamurthi mengatakan, kebutuhan gula nasional, baik untuk rumah tangga dan industri sekitar 5-5,5 juta ton. Namun produksi domestik sekitar 2,5 juta ton per tahun. Sehingga masih defisit 2,5-3 juta ton. “Jadi terpaksa masih harus impor,” katanya dalam pesan singkat, Rabu (18/9) malam.

Mengenai perembesan gula rafinasi ke pasar umum, pihaknya mengaku pernah melakukan audit distribusi terhadap pabrik-pabrik gula rafinasi. Ia mengklaim hasilnya telah membuat terjadinya pengurangan alokasi impor gula dalam jumlah yang besar.

Sementara itu direktur jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag) Indonesia Srie Agustina mengatakan, impor gula mentah (raw sugar) terpaksa dilakukan karena kurangnya produksi gula nasional untuk memenuhi kebutuhan gula nasional.

“Selain itu, impor raw sugar karena dapat meningkatkan nilai tambah menjadi gula rafinasi,” katanya, Selasa malam.

Mengenai merembesnya gula rafinasi ke pasar konsumsi, pihaknya menjelaskan hal itu disebabkan karena harga gula rafinasi yang lebih murah dibandingkan gula konsumsi rumah tangga (brown sugar) maupun gula kristal putih.

Selain itu, kata Srie, konsumen lebih menyukai gula rafinasi dibandingkan gula konsumsi rumah tangga, karena warnanya yang putih. “Selain itu konsumen tidak mengerti perbedaan gula rafinasi maupun gula kristal putih,” tuturnya.  Meski demikian, pihaknya tidak tinggal diam dan mengaku sudah melakukan audit serta mengevaluasinya.

Ke depannya, dia melanjutkan, Kemendag Indonesia akan memberikan edukasi kepada konsumen untuk membedakan gula konsumsi dan gula rafinasi.

Sebelumnya, ribuan anggota Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI), Selasa (17/9) berdemo di depan kantor Kementerian Perdagangan (Kemendag) Indonesia. Mereka mengeluhkan membanjirnya gula impor sehingga harga lelang tebu anjlok. Selain itu mereka menuding gula rafinasi yang seharusnya untuk industri namun merembes ke pasar umum.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement