Rabu 18 Sep 2013 18:03 WIB

Harga Beras di Pasaran Berpotensi Naik

Rep: Riga Nurul Iman/ Red: Heri Ruslan
Gudang beras
Foto: Antara/Ari Bowo Sucipto
Gudang beras

REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Harga komoditas beras di pasaran Kota/Kabupaten Sukabumi diprediksi akan mengalami kenaikan. Penyebabnya karena faktor hasil panen yang kurang maksimal beberapa bulan lalu.

‘’Harga beras saat ini masih stabil,’’ ujar  Mujab, pedagang beras di Pasar Pelita Kota Sukabumi kepada Republika, Rabu (18/9).

Harga beras lokal Jampang di jual seharga Rp 7.200 per kilogram. Sementara harga beras jenis IR-64 kualitas paling bagus dijual sebesar Rp 8.600 per kilogram.Menurut Mujab, kemungkinan besar harga tersebut akan mengalami kenaikan dalam beberapa hari ke depan.

Kenaikan diperkirakan tidak terlalu besar mencapai kisaran Rp 500 per kilogram. Kenaikan harga, ujar Mujab, lebih dikarenakan berkurangnya pasokan beras dari sentra produksi beras di selatan Sukabumi.

Fenomena ini dikarenakan kurang maksimalnya hasil panen karena pengaruh serangan hama atau organisme pengganggu tanaman (OPT). Terlebih, kata Mujab, faktor musim kemarau juga dikhawatirkan mengurangi pasokan beras ke pasaran.

Pasalnya, banyak petani yang tidak menanam padi dan menggantinya dengan palawija yang tidak terlalu banyak membutuhkan pasokan air. Pedagang beras lainnya, Ny Vivi (46) menambahkan, harga beras memang belum mengalami kenaikan seperti bahan kebutuhan pokok lainnya.

Namun, kemungkinan harga beras akan naik karena faktor musim kemarau yang berpengaruh pada jumlah produksi padi.Bila pasokan beras dari lokal berkurang, lanjut Vivi, maka pedagang mengambil barang dari luar kota.

Sehingga tidak terjadi kelangkaan beras di pasaran yang berpotensi menaikkan harga.

Kepala Bidang Perdagangan, Dinas Koperasi, Perindustrian, Perdagangan, dan Pasar (Diskoperindagsar) Kabupaten Sukabumi, Ela Nurlela mengatakan, instansinya secara rutin melakukan pemantauan harga sembako termasuk beras yang ada di pasar tradisional.

Dari pantauannya sejumlah harga kebutuhan pokok masyarakat masih stabil terkecuali daging ayam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement