REPUBLIKA.CO.ID, BANJARNEGARA -- Debit air di enam telaga yang ada di dataran tinggi Dieng mengalami penyusutan drastis.
Penyusutan ini bukan hanya karena musim kemarau yang sudah berlangsung lebih dari sebulan silam. Namun, debit berkurang diduga lantaran hampir seluruh petani kentang di kawasan itu memanfaatkan air telaga untuk menyirami tanamannya.
''Ini memang biasa dilakukan petani pada musim kemarau. Dengan adanya telaga, maka tanaman kentang petani tidak sampai mati karena kekeringan,'' kata Ketua Asosiasi Petani Kentang Dieng, Mudasir, Selasa (17/9).
Mudasir yang juga menjabat sebagai Ketua Kelompok Tani Perkasa Desa Karangtengah, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara itu mengakui hal tersebut.
Banyaknya petani yang memanfaatkan air telaga untuk mengairi lahan kentangnya itu membuat debit air di banyak telaga di kawasan Dieng menjadi cepat berkurang.
Namun, dia menyebutkan bahwa petani kentang tidak memiliki pilihan. Jika petani tidak menyirami tanaman kentangnya dengan air telaga, maka tanaman tersebut akan mati kekeringan.
''Sayang kalau dibiarkan mati, karena sebulan lagi panen,'' katanya.
Di dataran tinggi Dieng, ada cukup banyak telaga yang pada musim hujan menampung limpahan air hujan dari dataran yang lenih tinggi. Telaga tersebut antara lain telaga Warna, Menjer, Cebong, Sewiwi, Merdada, Balekambang, Glingo, dan Pengilon.