REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- Setelah dua hari mogok produksi, para perajin tahu dan tempe di Purwakarta kembali beroperasi. Mereka merasa terancam merugi dan gulung tikar jika terlalu lama berhenti beroperasi.
Apong (55 tahun), pemilik pabrik tahu asal Kampung Sukajadi, Kelurahan Nagri Kidul, Kecamatan Purwakarta, mengatakan, pada Selasa (10/9) malam, para perajin tahu dan tempe berkumpul. Mereka membahas mengenai rencana produksi kembali. Ternyata, rencana itu mendapat tanggapan yang positif.
"Akhirnya, Rabu dini hari kami sudah produksi lagi," ujarnya, kepada Republika, Rabu (11/9). Sebab, bila perajin ini tidak memproduksi tahu dan tempe maka akan merugi.
Selain itu, imbasnya akan terasa oleh karyawan. Mereka bisa tak punya penghasilan. Apalagi, selama ini penghasilan mereka diperoleh hanya dari tahu dan tempe.
Perajin lainnya, Adis Muchtar (54 tahun), perajin tahu dari Kampung Lapang Purnawarman, Kelurahan Sindangkasih, Kecamatan Purwakarta, mengaku, berhenti produksi selama dua hari terakhir membuatnya rugi besar.
Pasalnya, dalam sehari dia bisa memproduksi tiga kuintal kedelai, selama dua hari itu berhenti total. "Saat mogok produksi, kami kehilangan penghasilan sebesar Rp 6 juta per hari," ujarnya.
Dia menyebutkan, untuk satu kuintal kedelai bisa menghasilkan 5.000 potong tahu. Dalam sehari, pabriknya mampu memproduksi tiga kuintal kedelai. Maka dalam sehari, ada 15 ribu potong tahu yang dihasilkan. Untuk satu potongnya, tahu itu dihargai Rp 400. Jadi, dalam sehari menghasilkan uang Rp 6 juta.
"Pendapatan itu, dipotong biaya produksi Rp 1,3 juta per kuintal," jelasnya.