Rabu 11 Sep 2013 14:53 WIB

Potensi Stok Daging Sapi Jabar Hanya Memenuhi 30 Persen Permintaan

Rep: Lingga Permesti/ Red: Djibril Muhammad
Petugas melakukan pengecekan kondisi daging sapi.  (ilustrasi)
Foto: Antara
Petugas melakukan pengecekan kondisi daging sapi. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Permasalahan di bidang perekonomian khususnya tata niaga produk sapi dan ayam di Jawa Barat (Jabar) semakin meresahkan. Harga produk tersebut semakin menanjak tajam.

Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan mengatakan hal ini dikarenakan tata niaga sapi potong Jabar masih tergantung dari pasokan luar provinsi Jabar. Potensi stok daging, ujarnya, hanya dapat memenuhi sekitar 30 persen permintaan konsumen.

"Sementara tata niaga ayam ras dipengaruhi flutuasi harga DOC, pakan ayam, juga tingginya permintaan konsumen terutama pada hari besar keagamaan," kata dia.

Sebagai provinsi dengan kebutuhan daging dan ayam yang besar, swasembada daging di Jabar tak tercapai. Menurut Heryawan, bukan hanya Jabar yang swasembada dagingnya tak tercapai, tapi seluruh daerah di Indonesia. "Bukan hanya Jabar, seluruh Indonesia juga gak tercapai," kata dia.

Menurut Heryawan, untuk memenuhi kebutuhan daging sapi maka diperlukan peningkatan jumlah pembibitan sapi lokal. Sebab selama ini bakalan sapi masih diimpor dari luar negeri.

Untuk itu, diperlukan langkah-langkah seperti peningkatan pembibitan sapi di Indonesia. Pembibitan sapi dirasa akan mengurangi impor daging. "Kalau pembibitan sapi bagus, impor pun semakin berkurang," kata dia.

Kepala Dinas Peternakan Jawa Barat Koesmayadi Tatang Padmadinata mengatakan, harga daging sapi yang tinggi karena tingginya biaya angkut ternak sapi yang masih tergantung dari pasokan wilayah timur Indonesia seperti Jawa Timur dan Nusa Tenggara Timur. Selain itu, populasi sapi dan kerbau di Jabar juga tidak banyak.

Kepala Bidang Statistik Produksi Badan Pusat Statistik (BPS) Jabar Ruslan mengemukakan, sensus pertanian tahun 2013 menunjukkan, jumlah populasi sapi periode 1 Juni 2011 sampai 1 Mei 2013 menurun sekitar 15 persen. Pada 2011, populasi sapi di Jabar mencapai 693 ribu ekor.

Sementara pada 2013 menurun menjadi sebanyak 587 ekor. Penurunan populasi sapi terbesar adalah Kabupaten Bandung dari 76 ribu ekor di tahun 2011 menjadi 54 ribu ekor di tahun 2013. Penurunan signifikan juga terjadi di daerah Tasikmalaya dan Ciamis.

Menurut dia, penurunan populasi ini karenakan adanya pembatasan kuota impor sapi bakalan dari luar negeri. Pembatasan ini, kata dia, sangat berpengaruh terhadap populasi di Jabar. Terlebih Jabar bukanlah kawasan sentra sapi.

Menurut dia, kebutuhan di Jabar terus meningkat sementara sapi produktif banyak yang dipotong sehingga semakin mengurangi populasinya.

Ketua Asosiasi Pedagang Sapi Indonesia (Apdasi) Jabar Dadang Iskandar mengatakan, penurunan populasi sapi di Jabar membuktikan program swasembada sapi yang dicanangkan pemerintah tak tercapai.

Populasi sapi di Jabar justru semakin menurun dan menyebabkan ketidakpastian harga di pasaran. "Harga sapi semakin bergejolak," kata dia.

Dapat mengunjungi Baitullah merupakan sebuah kebahagiaan bagi setiap Umat Muslim. Dalam satu tahun terakhir, berapa kali Sobat Republika melaksanakan Umroh?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement