Selasa 10 Sep 2013 06:55 WIB

Dolar Naik, Nilai Ekspor Rotan Meningkat

Rep: lilis Handayani/ Red: Djibril Muhammad
Ekspor-impor (ilustrasi)
Ekspor-impor (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON – Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar ternyata membawa keuntungan bagi para pengusaha mebel rotan di Kabupaten Cirebon. Sebab, sebagian besar produk mereka selama ini diekspor ke berbagai negara lain.

 

"(Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar) berdampak positif (bagi usaha mebel rotan)," ujar Ketua Masyarakat Pekerja Pengrajin Rotan Seluruh Indonesia (MPPRSI), Badrudin, Senin (9/9).

 

 

Badrudin menyebutkan, satu kontainer mebel rotan yang diekspor ke luar negeri rata-rata isinya seharga 9 ribu – 10 ribu dolar. Dengan selisih nilai tukar rupiah terhadap dolar yang mengalami kenaikan sekitar Rp 1.500 per dolar, maka tambahan keuntungan yang diperoleh kurang lebih belasan juta rupiah per kontainer.

 

Selain dari selisih nilai tukar rupiah terhadap dolar, tambah Badrudin, keuntungan lain yang mungkin bisa diperoleh para pengusaha rotan adalah meningkatnya pesanan dari luar negeri. Hal itu seperti yang terjadi saat anjloknya nilai rupiah terhadap dolar pada 1998 lalu.

 

"Tapi itu pengalaman yang dulu, yang sekarang belum bisa diprediksi (peningkatan pesanan dari luar negeri)," kata Badrudin.

 

Badrudin mengungkapkan, meski saat ini pengusaha mebel rotan diuntungkan dengan naiknya dolar, namun hal itu tidak akan berlangsung lama. Sebab, banyak barang-barang finishing dalam pembuatan mebel rotan yang diimpor dari luar negeri.

 

Dengan naiknya dolar, lanjut Badrudin, maka barang-barang finishing otomatis juga akan mengalami kenaikan harga. Dia memprediksi kenaikan harga barang itu akan segera terjadi.  "Jadi akhirnya mah nanti sama saja," tutur Badrudin.

 

Terpisah, Ketua Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) Cirebon, Sumartja, juga mengakui bahwa tingginya nilai dolar memberikan dampak positif bagi industri rotan Cirebon. Hal itu seperti yang pernah terjadi pada saat krisis moneter 1998.

 

"Saat banyak sektor industri yang kolaps (akibat naiknya dolar), industri rotan di Cirebon justru sebaliknya," kata Sumartja.

Seperti diketahui, Cirebon merupakan sentra industri mebel rotan di Indonesia. Bahkan, bisa mengekspor furniture rotan ke berbagai negara sebanyak 2 ribu - 4 ribu kontainer per bulan.

Namun, kejayaan tersebut memudar saat pemerintah membuka keran ekspor bahan baku rotan pada 2005. Ekspor mebel rotan pun turun drastis hingga mencapai sekitar 800 - 1.000 kontainer per bulan.

Saat Gita Wiryawan menjabat sebagai Menteri Perdagangan menggantikan Mari Elka Pangestu, ekspor bahan baku rotan ditutup pada 1 Januari 2012 lalu. Penutupan itupun membuat industri mebel rotan Cirebon kembali bangkit.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement