REPUBLIKA.CO.ID,SURABAYA--Aksi mogok penjual tempe dan tahu di sejumlah pasar tradisional di Kota Surabaya, Senin, diwarnai aksi anarkis yang dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.
Informasi yang diperoleh di Surabaya menyebutan sejumlah orang berkendara motor roda dua terlihat melakukan "sweeping" di sejumlah pasar tradisional. Mereka langsung mendatangi penjual tahu dan tempe, dagangan mereka dibuang dan diinjak-injak.
Salah satu pedagang sayur keliling, Edi, mengaku kasihan pada penjual tahu tempe langganannya di Pasar Simo karena saat akan membeli tahu tempe, tiba-tiba saja ada orang datang berkendara sepeda motor menggulingkan dagangan dan menginjak-injaknya.
"Kasihan, mereka kan juga kulakan. Terus kalau sudah gitu siapa nanti yang akan mengganti kerugiannya," kata Edi yang biasa menjajakan dagangan ke beberapa perumahan di wilayah Surabaya Barat ini.
Tidak hanya Edi, lanjut dia, pengunjung di Pasar Wiyung, Warni, juga dibuat ketakutan oleh aksi sweeping. Warni, mengaku kaget saat melihat dagangan tahu pedagang diinjak-injak oleh orang-orang yang tidak diketahui dari mana asalnya.
"Mereka itu datang, naik motor lalu masuk ke pasar-pasar. Begitu melihat ada penjual tahu, gerobaknya langsung ditumpahkan, lalu tahu diinjak-injak. Tidak ada yang berani mendekat, ibu-ibu sampai menjerit dan menangis ketakutan," katanya.
Aksi anarkis ini dibenarkan Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kota Surabaya Widodo Suryantoro. "Saya bilang anarkis, karena yang dilakukan adalah merebut, menghancurkan, dan membuang tempe atau tahu yang siap dijual perajin. Nah ini kan melanggar aturan," ujarnya.
Untuk itu, kata Widodo, pihaknya sudah melakukan "road show" ke sejumlah sentra dan perajin tempe di Surabaya, di antaranya di kawasan Mejoyo, Sukomanunggal, Bendul Merisi, Kedung Mangu dan Petemon Kali.
"Kami sudah mendengar rencana mogok sejak Sabtu (7/9) bahkan surat edaran yang disampaikan Gakoptindo Pusat sudah saya baca," katanya.
Surat edaran yang disampaikan Koperasi Tahu Tempe Indonesia (Kopti) pada sejumlah pedagang mengajak mereka mogok mulai Senin (9/9) hingga Rabu (11/9) mendatang.
"Selama tiga hari, kami berhenti berjualan," ujar Narto, pedagang tempe di pasar Jarak Surabaya, Senin.