Senin 09 Sep 2013 12:49 WIB

Budayawan Desak 'Pengembalian' Kamus Bahasa Lampung Kuno

Aksara Lampung
Foto: wikipedia
Aksara Lampung

REPUBLIKA.CO.ID, BANDARLAMPUNG -- Sejumlah budayawan Lampung mendesak pemerintah daerah memperjuangkan pengembalian kamus kuno bahasa Lampung karya Herman Neubronner Van Ver Tuuk yang saat ini disimpan di Universitas Leiden, Belanda, sebagai salah satu aset penting budaya bangsa.

"Kamus kuno bahasa Lampung merupakan salah satu karya penting Van Der Tuuk dan merupakan aset budaya yang nilainya sangat tidak ternilai, namun ketiadaaan duplikatnya di Indonesia menyebabkan kita kehilangan jejak sejarah," kata budayawan Oyos Saroso HN di Bandarlampung, Senin.

Menurut dia, buku kamus kuno bahasa Lampung merupakan satu dari sedikit buku kuno beraksara Lampung yang pernah ada di daerah itu.

"Van Der Tuuk adalah linguis yang menyusun dan tekun meneliti tentang bahasa Lampung, upaya melacak karyanya adalah tanggung jawab negara," kata dia.

Oyos menjelaskan, upaya melacak kamus kuno bahasa Lampung karya Van Der Tuuk itu harus langsung dilakukan melalui komunikasi antara pemerintah Indonesia-Belanda melalui kerjasama bilateral, bukan oleh perorangan, karena menyangkut hak cipta dan kekayaan intelektual yang pengesahan dan legalitas hukumnya dipegang langsung oleh Belanda.

"Harus G to G (antar dua pemerintah dari dua negara, Indonesia-Belanda), dan harus intens, karena ini menyangkut kebudayaan, karena dari semua karya kuno Vand Der Tuuk, hanya kamus bahasa Lampung yang tidak kita miliki," kata dia.

Sementara itu, peneliti yang intens melakukan penelitian tentang Van Der Tuuk dan karyanya, Arman AZ, menceritakan kamus kuno bahasa Lampung tersebut setebal hampir 600 halaman dan dibuat saat Van der Tuuk berada di Lampung selama setahun pada rentan waktu 1868-1869.

Selain itu, Van Der Tuuk juga adalah orang pertama yang membuat kamus Batak, dan kamus bahasa Bali yang tebalnya sekitar 3.600 halaman.

Sayangnya, kata Arman, untuk konteks bahasa Lampung, manuskripnya tidak sempat dicetak. Dan saat ini, manuskrip tersebut masih tersimpan di Perpustakaan Universitas Leiden (Belanda).

Dia melakukan riset mengenai Van Der Tuuk sejak 2011 dan menurutnya, sebagai peneliti sekaligus linguis, pria Belanda itu banyak berjasa dalam mencatat sejarah bahasa Lampung.

"Ternyata dari kamus tersebut diketahui banyak ungkapan Lampung kuno yang sudah punah dan banyak tidak digunakan lagi saat ini," kata dia.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement