Ahad 08 Sep 2013 22:04 WIB

Miss World Tetap Digelar, Aksi Penolakan Bergulir Kian Deras

Rep: Amri Amrullah/ Red: Heri Ruslan
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) bidang Hubungan Luar Negeri, KH. Muhyidin Junaidi
Foto: voa-islam
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) bidang Hubungan Luar Negeri, KH. Muhyidin Junaidi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Majelis Ulama Indonesia (MUI) menegaskan rentetan aksi penolakan Miss World di Indonesia tidak akan berakhir antiklimaks atau hilang seiring tetap digelarnya ajang Miss World 2013 di Bali.

Ketua MUI Pusat yang menangani Bidang Hubungan Luar negeri, KH Muhyidin Junaidi, mengatakan, MUI bersama barisan organisasi kemasyarakatan (ormas) Islam tidak akan berhenti menyatakan penolakan, walaupun Miss World tetap digelar.

 

Walaupun hingga hari penyelenggaraan, pihaknya tidak didengar oleh pemerintah dan selalu dipojokkan oleh kalangan yang tidak senang atas sikap penolakan tersebut.

"Ini adalah sikap tegas kami sebagai pembimbing umat. Dan tidak ada istilah sia-sia menyampaikan kebenaran," ujar Muhyidin kepada Republika, Ahad (8/9).

 

MUI juga menyesalkan bila pemerintah saat ini tidak lagi menjadikan anjuran moral dari MUI sebagai rujukan. Muhyidin bahkan mengindikasi ada kepentingan politik tertentu, yang membuat pemerintah mengabaikan aspirasi dari para Ulama dan ormas Islam ini.

"Kita ingatkan keras pemerintah bila tidak lagi mendengarkan imbauan Ulama dan ajaran agama, karena alasan-alasan keuangan dan pariwisata."

 

Ia menambahkan, MUI sebagai penyambung aspirasi umat dan koordinator ormas Islam, tidak akan henti-hentinya menyampaikan anjuran sesuai kaidah dan ajaran agama. Ketidakkonsistenan pemerintah menjaga moralitas bangsa, jelas dia, telah terlihat disini. Jadi sudah saatnya umat Islam cerdas tidak lagi memilih pemimpin yang mengenyampingkan aspirasi umat.

 

Ia juga meminta ormas Islam tidak melakukan aksi kekerasan menyikapi tetap digelarnya ajang Miss World ini, biarlah umat yang menilai. Penolakan keras ajang seperti ini, terang dia, juga menjadi warning bagi pemerintah jangan ada ajang kontes seperti ini lagi di kemudian hari.

Walaupun pemerintah ngotot tetap menyelenggarakan Miss World dengan memindahkan seluruh pagelaran di Bali. Menurut Muhyidin ini tetap menjadi catatan buruk bagi Ulama dan ormas Islam.

 

Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat, Agung Laksono pada Sabtu lalu memindahkan agenda puncak penyelenggaraan Miss World 2013 yang rencananya digelar di Sentul ke Bali. Dengan demikian pemerintah meminta pagelaran Miss World 2013 sepenuhnya digelar di Bali. "Semua acara kini akan digelar di Bali, akan terkonsentrasi di Bali hingga penutupan," kata Politisi asal Partai Golkar ini.

 

Agung juga mengatakan tidak akan ada ajang pamer bikini, karena akan diganti pagelaran mengenakan sarung tradisional Bali oleh 130 delegasi peserta. Menurut Agung, pagelaran ini tetap digelar demi memajukan pariwisara Indonesia di mata Internasional, termasuk memberi masukan devisa negara yang cukup besar dari ajang ini. Ia pun mengatakan pemindahan ini berdasarkan masukan dari masyarakat termasuk MUI.

 

Sementara itu, pihak penyelenggara belum bisa memberi komentar terkait pemindahan sepihak dari pemerintah, gelar penobatan Miss World dari Sentul Bogor ke Bali. Head Corporate Secretary Division RCTI Adjie D Soeriaatmadja mengatakan pihaknya tidak bisa berbuat apa-apa selain menuruti keinginan pemerintah agar pagelaran Miss World sepenuhnya digelar di Bali.

 

Ia mengatakan, memang panitia sudah merencanakan beberapa rencana alternatif. Termasuk kemungkinan pemindahan semua aktivitas pagelaran di Bali. "Namun saat ini kita fokus mempersiapkan pembukaan dan acara awal Miss World dulu," ujarnya ketika dihubungi Republika.

Pihaknya pun berharap pagelaran Miss World ini dapat berjalan lancar hingga akhir acara. "Bagi pihak yang tidak sepakat, kita menghargai pendapat tersebut. Ini menjadi peringatan bagi panitia agar tidak melanggar nilai agama dan budaya di Indonesia."

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement