REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekonom pada Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Dahnil Anzar Simanjuntak, menegaskan, lontaran wacana pemindahan Ibu Kota dari Jakarta ke daerah lain yang kembali hangat setelah dilontarkan Presiden SBY tidak boleh berhenti hanya sebatas wacana.
''Meskipun, secara rasional sulit direalisasikan pada akhir kepemimpinan SBY ini, tetapi beliau bisa memulai prosesnya,'' ujar Dahnil kepada ROL, Ahad (8/9).
Menurut dia, SBY bisa menjadi perintis dimulainya proses pemindahan ibu kota dari Jakarta ke daerah lain yang layak, seperti Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Ibu Kota RI, kata dia, bisa pula dipindahkan ke daerah lain yang proper atau layak dirancang sebagai pusat pemerintahan.
''Memang proses pemindahan ibu kota membutuhkan waktu yang cukup lama. Belajar dari Malaysia dan negara lain, sehingga proses yang sudah dimulai SBY bisa dilanjutkan Presiden berikutnya,'' cetus Dahnil.
Ia mengingatkan, pemindahan ini menjadi rencana jangka panjang yang harus dimulai sejak sekarang. Dahnil menilai pemindahan ibu kota negara bisa menjadi langkah revolusioner untuk membangun struktur ekonomi baru dan sebaran pembangunan yang lebih merata di indonesia.
''Struktur ekonomi Indonesia relatif masih sentralistik, meskipun sistem pemerintahan telah berubah melalui desentralisasi. Jadi, saya berharap Pak Presiden berani memulai langkah pemindahan ibu kota Indonesia dan tidak berhenti menjadi wacana kosong.''