REPUBLIKA.CO.ID, KEBAYORAN BARU -- Pedagang kecil tahu dan tempe di Pasar Cipete Jakarta Selatan terkena imbas akibat kenaikan harga kedelai. Mereka mengalami penurunan pendapatan hingga 40 persen setiap harinya.
Jainal (51 tahun), pedagang tahu di Pasar Cipete mengatakan, pendapatannya semakin menurun. Sebelum harga kedelai naik, ia mengaku masih bisa meraup keuntungan hingga Rp 90 ribu sampai Rp 100 ribu per harinya.
Namun sejak seminggu belakangan ia hanya bisa membawa pulang keuntungan antara Rp 50 ribu hingga Rp 60 ribu saja.
Ia menjelaskan, saat ini tahu per potong dijualnya dengan harga Rp 2.500 untuk ukuran besar. Sebelum harga kedelai naik, harga tahu dengan ukuran yang sama per potongnya Rp 2.000. Hal ini mengakibatkan pembeli mengurangi jumlah tahu yang akan dibelinya.
“Mereka biasanya beli sepuluh ribu dapat lima. Sekarang sih beli sepuluh ribu juga, tapi kan cuma dapat empat,” katanya saat ditemui Republika di Pasar Cipete Jumat (6/9) petang.
Kenaikan harga tempe lebih parah lagi. Harga yang semula Rp 5.000 menjadi Rp Rp 7.000 per potongnya. Penurunan jumlah pembeli tak terhindarkan hingga mengakibatkan penurunan pendapatan terhadap pedagang-pedagang kecil.
Yamik (60 tahun), salah satu pedagang tempe mengatakan, kini setiap orang mengurangi jumlah pembelian tempe. Ini berimbas kepada pendapatannya. “Ya turun (pendapatannya), sekarang paling dapat 60 ribu sehari,” ungkapnya.
Sebelum harga tempe naik, Yamik mampu mendapat untung sampai Rp 90 ribu bahkan lebih perharinya. Ia berharap harga kedelai kembali normal sehingga semua tidak merasa terbebani dengan naiknya makanan rakyat ini.