REPUBLIKA.CO.ID, SAMPIT -- Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, Militan, mengatakan data hasil awal Sensus Pertanian 2013 menunjukkan bahwa ribuan petani di daerah itu telah memilih beralih profesi karena beberapa faktor.
Jumlah rumah tangga pertanian (RTP) di Kabupaten Kotawaringin Timur dalam kurun 10 tahun terakhir berkurang drastis, yakni sekitar 6.400 rumah tangga karena sebagian memilih beralih profesi, kata Militan di Sampit, Sabtu (7/9). "Penurunan ini tidak hanya terjadi di Kotawaringin Timu, tetapi juga secara nasional. Secara teori ekonomi, kalau negara makin maju maka akan berdampak pada berkurangnya jumlah petani," kata Militan
BPS Kotim telah mempublikasikan hasil awal Sensus Pertanian 2013. Salah satu perubahan yang cukup signifikan adalah pada jumlah RTP di daerah ini dalam sepuluh waktu terakhir atau dibanding hasil pendataan 2003. Berdasarkan angka sementara hasil pencacahan lengkap Sensus Pertanian 2013, jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Kotawaringin Timur sebanyak 37,107 rumah tangga.
Sementara itu, jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum sebanyak 42 perusahaan, sedangkan jumlah perusahaan tidak berbadan hukum atau bukan rumah tangga usaha pertanian sebanyak delapan unit.
Dibandingkan dengan hasil Sensus Pertanian 2003, jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kotawaringin Timu mengalami penurunan sebanyak 6.400 rumah tangga. Sedangkan jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum mengalami kenaikan sebanyak 28,0 perusahaan.
Militan menjelaskan penyusutan jumlah RTP cukup seginifikan terjadi di kawasan perkotaan, khususnya di Kecamatan Mentawa Baru Ketapang. Namun di sisi lain, jumlah RTP di sentra pertanian seperti di Kecamatan Teluk Sampit, justru mulai bertambah.
Ada beberapa faktor yang diperkirakan menjadi penyebab sehingga jumlah RTP menurun drastis. Meski belum ada survei terkait perbandingan penghasilan, namun Militan menyebutkan kehadiran perkebunan besar swasta kelapa sawit di daerah ini turut memengaruhi berkuranganya jumlah RTP.
"Ada kecendrungan bertani ini kurang diminati lagi, mungkin pindah menjadi karyawan sawit. Kalau bertani itu kan harus menunggu berbulan-bulan baru dapat hasil, sedangkan karyawan sawit dapat gaji tiap bulan. Selain itu, banyak sektor lain yang juga cukup menarik," ucap Militan.