REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kerusuhan di laga sepak bola kembali terjadi. Pertandingan Persis Solo melawan PSS Sleman yang digelar di Stadion Manahan Solo, Jawa Tengah, Rabu (4/9) lalu berakhirg bentrok antarsuporter.
Meski tak menimbulkan korban jiwa, namun kejadian itu menambah rentetan aksi anarkisme di dunia sepak bola Indonesia. Mabes Polri menanggapi kerusuhan yang kerap kali terjadi antarkelompok pendukung tim sepak bola.
Mabes Polri menilai akan lebih arif bila para pendukung sepak bola berpikir bijak saat menonton sepak bola. Taruhan mencabut izin keramaian untuk pertandingan sepaka bola akan lebih merugikan masyarakat.
"Bisa saja opsi tanpa penonton, tapi seperti apa jika semua pertandingan tidak ada TV yang menyiarkan? Tujuan perhelatan sepak bola kan sebenarnya positif," kata Kepala Bagian Penerangan Umum Mabes Polri Kombes Agus Rianto di kantornya, Kamis (5/9).
Agus mengatakan keributan suporter dalam dunia olahraga sebaiknya dipupus oleh sikap bijak para pendukung itu sendiri. Dia berujar untuk tindakan tegas seperti pencabutan izin pertandingan secara nasional Polri belum akan melakukannya.
Agus menilai pertandingan di liga sepak bola Indonesia bukan sekadar tontonan semata. Melainkan juga, ada misi membangun persepakbolaan yang lebih baik dengan ragam pertandingan yang dihelat.
Sehingga, mencabut izin pertandingan sepak bola secara nasional justru akan membuat olah raga ini tidak berkembang. Polri akan mengembalikan semuanya pada kedewasaan setiap pendukung dalam menyikapi panasnya tensi pertandingan.
"Ya bila rusuh-rusuh seperti ini lebih lanjutnya kepolisian akan berkoordinasi dengan PSSI. Tapi kami imbau, agar masyarakat tidak menyulut kerusuhan di pertandingan sepak bola," kata perwira melati tiga ini menjelaskan.