REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden, Boediono menilai variasi madrasah perlu dikritisi. Madrasah pun perlu berubah dan beradaptasi dengan zaman.
"Ke depan, sistem pendidikan madrasah, menurut hemat saya, perlu lebih menghayati esensi dari kemampuan adaptasi," katanya saat memberikan sambutan di Simposium Internasional ke-2 dengan tema 'Pemberdayaaan Madrasah dalam Konteks Global', Senin (3/9) malam.
Madrasah, menurut Wapres harus dapat menempatkan diri dan mengambil peran penting dalam pendidikan generasi muda.
Dia menjelaskan, generasi muda menjadi tumpuan untuk menghadapi tantangan di era ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang tanpa menenggelamkan karakter dan nilai-nilai keislaman.
Wapres pun mencontohkan madrasah tertua yang didirikan tahun 972 masehi yakni Madrasah Al-Azhar. Madrasah itu telah menjadi Universitas Al-Azhar. Selama lebih dari seribu tahun, Al-Azhar telah menjadi salah satu pusat rujukan pendidikan dan pemikiran dunia Islam.
"Dalam periode yang panjang itu, Al-Azhar telah menyesuaikan dirinya dengan perkembangan zaman dan realitas sosial," katanya.
Al-Azhar, lanjutnya, tak hanya mempelajari dan memahami Alquran, hukum islam, logika, bahasa Arab, dan astronomi. Akan tetapi, juga mempelajari, ilmu pengetahuan modern, ekonomi, bisnis, farmasi, kedokteran dan ilmu pengetahuan lain yang dituntut oleh perkembangan zaman.
"Perjalanan sejarah Al-Azhar dari madrasah menjadi universitas adalah pelajaran bagi kita semua bahwa madrasah bukanlah suatu institusi yang statis namun institusi pendidikan islam yang dinamis yang mampu menjawab tantangan dan mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman," katanya.