Rabu 04 Sep 2013 08:03 WIB

Musim Angin Timuran Tiba, Nelayan Tak Bisa Panen Ikan

Perkampungan nelayan di Indramayu, Jawa Barat.
Foto: Republika/Prayogi
Perkampungan nelayan di Indramayu, Jawa Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, CILACAP --  Nelayan di pesisir selatan Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, tidak bisa menikmati panen ikan meskipun saat ini telah memasuki musim angin timuran.

"Saat ini memang sudah musim angin timuran dan merupakan musim panen ikan. Namun kami sulit mencarinya karena jumlah ikan yang muncul hanya sedikit," kata salah seorang nelayan, Bismo (36), di Kelurahan Cilacap, Kecamatan Cilacap Selatan, Cilacap, Rabu.

Padahal, kata dia, biasanya pada bulan Agustus hingga September sudah banyak ikan yang bermunculan di perairan selatan Jateng.

Akan tetapi hingga awal September ini, lanjutnya, hanya beberapa jenis ikan yang muncul di perairan selatan Jateng di antaranya tuna dan tongkol.

"Saya dalam beberapa hari terakhir hanya bisa mendapatkan ikan dengan jumlah yang sangat sedikit. Bahkan, kadang hanya cukup untuk menutup biaya operasional," katanya.

Dalam kesempatan terpisah, Kepala Kelompok Teknisi Stasiun Meteorologi Cilacap Teguh Wardoyo memprakirakan adanya daerah tangkapan ikan di perairan selatan Jateng dan Daerah Istimewa Yogyakarta akibat adanya "upwelling" penaikan massa air laut dari suatu lapisan dalam ke lapisan permukaan.

"Dalam hal ini, ada aktivitas plankton yang muncul ke permukaan sehingga akan banyak terdapat ikan di tempat itu," katanya.

Berdasarkan pengamatan, kata dia, "upwelling" diprakirakan akan muncul di wilayah perairan maupun Samudra Hindia selatan Cilacap hingga tanggal 5 September 2013 dengan kecepatan berkisar 5--100 centimeter per hari.

Menurut dia, kecepatan maksimum berada di Samudra Hindia selatan Nusakambangan atau pada koordinat 109 derajat bujur timur dan 8,5 derajat lintang selatan serta Samudra Hindia selatan Yogyakarta atau pada koordinat 109,5 derajat bujur timur dan 9,5 derajat lintang selatan dengan kecepatan berkisar 50--100 centimeter per hari, sedangkan wilayah lainnya berkisar 25--50 centimeter per hari.

Kendati demikian, dia mengimbau nelayan untuk berhati-hati saat mencari ikan di laut karena tinggi gelombang yang mencapai 3,5 meter dan kecepatan angin yang mencapai 20 knots sangat berbahaya bagi kapal nelayan terutama yang berukuran kecil.

Seperti diwartakan, salah seorang sesepuh nelayan Cilacap, Kastamiarjo (73) memperkirakan musim panen ikan berlangsung pendek.

"Bahkan, kemungkinan tidak ada panen raya," katanya.

Lebih lanjut, dia mengatakan bahwa perkiraan tersebut muncul karena hujan lebat masih sering turun hingga bulan Juni.
Menurut dia, kondisi tersebut merupakan siklus delapan tahunan bagi nelayan Cilacap.

"Ini biasanya selalu terjadi setiap delapan tahun. Biasanya jika nelayan menghadapi masa paceklik yang terlalu lama, akan terulang lagi delapan tahun kemudian," katanya.

Dalam kondisi normal, kata dia, musim panen ikan di Cilacap berlangsung pada bulan Juli hingga November dengan puncak panen raya pada bulan Agustus hingga Oktober.

Sementara untuk masa paceklik, lanjut dia, berlangsung pada bulan Desember hingga Januari dan April hingga Mei, sedangkan bulan Februari hingga Maret dan Juni hingga Juli masa panen sedang (panen kecil, red.).

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement