REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Kenaikan BI Rate diperkirakan akan memperlambat pertumbuhan kredit di DIY. Bahkan pertumbuhan kredit di DIY pada semester pertama 2013 sudah mulai melambat dibandingkan 2012 lalu.
"Kredit memang tetap tumbuh tetapi jelas akan sedikit melambat," ujar Kepala Perwakiilan Bank Indonesia Yogyakarta, Arief Budi Santoso, Senin (2/9).
Menurut dia, kenaikan BI Rate maka perbankan akan menyesuaikan tingkat suku bunga masing-masing. Besarannya jelas tergantung kebijakan masing-masing bank meskipun ada aturan khusus dari BI terkait itu.
Akibatnya, kata Arief, kenaikan suku bunga ini jelas akan berdampak pada pinjaman. Hal inilah yang diperkirakan memperlambat pertumbuhan kredit di DIY.
Berdasarkan data kata dia, pertumbuhan kredit perbankan di DIY sampai Juni 2013 mencapai 9,52 persen. Jumlah ini melambat dibandingkan periode yang sama 2012 lalu yang mencapai 10,30 persen.
"Perlambatan yang tinggi terjadi pada dana pihak ketiga (DPK), sampai Juni 2013 hanya tumbuh 4.13 persen, turun dibandingkan periode sama tahun lalu yang mencapai 8,74 persen," katanya menjelaskan.
Selain melambatnya pertumbuhan kredit, kenaikan suku bunga akibat naiknya BI rate juga dikhawatirkan menaikkan kasus kredit bermasalah (NPL). "Kenaikan suku bunga, jelas diperkirakan membuat bank lebih berhati-hati, karena dengan kenaikan suku bunga bisa menaikkan NPL," ujar Arief.
Peneliti Senior BI, Joko Raharto menambahkan, melambatnya pertumbuhan kredit di DIY pada semester pertama 2013 karena pengaruh perlambatan ekonomi nasiona dan internasional.
Ini terbukti dari kredit untuk kegiatan usaha atau kredit modal kerja dari pertumbuhan 11,76 persen pada 2012 menjadi hanya 5,58 persen di 2013 ini.
"Kebijakan moneter, inflasi dan depresiasi rupiah akan mendorong dunia usaha melakukan kalkulasi ulang perencanaan bisnisnya dan bagi konsumen akan mengurangi daya beli sehingga pertumbuhan kredit diperkirakan akan melambat lagi di akhir tahun ini," katanya menjelaskan.