REPUBLIKA.CO.ID, Jakarta -- Ketua Kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA) mengatakan kedelai produksi lokal sejak dahulu kurang diminati pengrajin. Alasannya, kedelai lokal kecil-kecil dan susah mengembang. Keuntungan yang diperoleh pun lebih sedikit dibandingkan jika memakai kedelai impor.
"Pengrajin merasa memakai kedelai luar lebih menguntungkan karena mudah mengembang," ujarnya Senin (2/9). Kurangnya minat pembeli membuat petani semakin enggan bertanam kedelai. Petani lebih suka menanam jagung atau padi yang dapat memberikan keuntungan yang lebih besar.
Selain itu, keberadaan benih unggul yang bisa menyaingi kualitas kedelai impor baru tersedia saat ini. Sebelumnya ketika panen petani hanya mampu menghasilkan 8 kuintal sampai 1 ton per hektare (ha). Kini dengan bibit unggul, petani bis memperoleh sekitar 1,2 ton hingga 1,5 ton kedelai per ha sekali panen.
Meski demikian, Winarno menilai kedelai lokal tidak akan dilirik pengrajin selama masih ada kedelai impor. Selain itu masih dibutuhkan aneka fasilitas agar olahan kedelai lokal kualitasnya sama dengan kedelai impor."Kita perlu meningkatkan teknologi pengeringannya, kalau di Amerika kan sudah menggunakan wet drying sementara kita masih memanfaatkan matahari," ujarnya.