Senin 02 Sep 2013 11:10 WIB

Cegah Kebakaran Hutan dengan Ekohidro

Rep: Meiliani Fauziah/ Red: Nidia Zuraya
Kebakaran hutan (ilustrasi)
Foto: EPA/Nuno Andre Ferreira
Kebakaran hutan (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hasil dari penerapan teknologi ekohidro mulai terlihat. Ekohidro terbukti mampu mengurangi resiko kebakaran hutan sekaligus memperkecil emisi karbon. 

Tim MRV (Measurement, Reporting and Verification) dari Kementerian Kehutanan dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) serta peneliti independen selama ini mengembangkan ekohidro di kawasan Hutan Tanaman Industri (HTI) milik PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP). Hasil verifikasi Tim MRV menunjukkan bahwa penerapan ekohidro juga berkorelasi positif terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat.

"Teknologi ini juga bermanfaat untuk meminimalisir penurunan gambut (subsidensi),  meningkatkan produktivitas lahan dan memperbaiki pengelolaan kawasan secara berkelanjutan," ujar Sekertaris Tim MRV, Basuki Sumawita, Senin (2/9).

Sementara itu, Centre for International Foresty Research (Cifor) juga tengah mecari gambaran yang lebih jelas dan lengkap tentang kebakaran hutan, lahan dan asap termasuk  yang terjadi di Riau. Direktur Jenderal Cifor, Peter Holgrem mengatakan masalah kebakan hutan dan lahan bukan hanya menyinggung sektor kehutanan semata. Sebagai lembaga riset, Cifor berkomitmen untuk membantu pemerintah Indonesia untuk mencari solusi mengenai persoalan ini. Pantauan CIFOR, informasi mengenai kebakaran hutan  masih dangkal dan kurang komunikatif.

Program MRV ini juga didukung oleh Himpunan Ilmu Tanah Indonesia (HITI) dan Himpunan Gambut Indonesia (HGI). Deputy Director Sustainability RAPP Dian Novarina, mengatakan dilakukan diskusi secara berkala untuk memantau perkembangan program MRV ini. Beberapa rekomendasi yang ditelurkan dari diskusi tersebut yaitu penerapan remote sensing atau penginderaan jarak jauh dan teknologi georadar. "Harapannya teknologi georadar dapat mengukur cadangan karbon di lahan gambut dengan lebih akurat," ujar Dian.

Pakar HGI Mahmud Raimadoya mengungkapkan bahwa teknologi georadar juga  dapat menyajikan hasil pengukuran dengan lebih cepat. Selama ini masih terjadi perdebatan tentang keakuratan dan dugaan mengenai kedalaman lahan gambut. Nantinya hasil pengukuran dengan metodologi georadar akan dibandingkan dengan hasil yang dihasilkan dari teknologi geolistrik dan bor gambut. Hasil kolaborasi ketiga teknologi akan ditindaklanjuti dalam forum internasional bulan Oktober mendatang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement