Senin 02 Sep 2013 09:25 WIB

Lapan dan PBB Gelar Konferensi Antisipasi Perubahan Iklim

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: A.Syalaby Ichsan
 Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan)
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) akan bekerjasama dengan Badan PBB yang mengurusi keantariksaan United Nations Officer for Outer Space Affairs (UNOOSA), menggelar Konferensi Internasional tentang Aplikasi Teknologi Antariksa untuk Perubahan Iklim.

Acara ini, berlangsung pada 2-4 September di Hotel Borobudur. ''Di konferensi ini, akan hadir pakar-pakar di bidang teknologi antariksa dan perubahan iklim. Hadir juga, pengambil keputusan dari berbagai negara,'' ujar Kepala Bagian Humas Lapan, Jasyanto.

Jasyanto mengatakan, semua pakar akan berdiskusi mengenai cara mengantisipasi dampak perubahan iklim dengan menggunakan teknologi antariksa. Khususnya, teknologi penginderaan jarak jauh, baik terkait adaptasi maupun mitigasi.

Konferensi ini, kata dia, bertujuan untuk menghitung tingkat kerentanan suatu negara atau wilayah terhadap perubahan iklim. Selain itu, untuk meningkatkan sinergi antara komunitas antariksa dengan berbagai organisasi terkait perubahan iklim.

''Sinergi ini, akan memperkuat kerja sama regional dan internasional,'' katanya. Menurut Jasyanto, fenomena global seperti perubahan iklim, berpotensi mengancam dimensi-dinemsi pembangunan berkelanjutan. Misalnya, ekonomi, sosial dan lingkungan. 

Hasil pertemuan ini, kata dia, diharapkan bisa mendiskusikan peran teknologi antariksa yang memiliki kemampuan untuk mengobservasi variabel perubahan iklim. Seperti, kenaikan muka air laut (sea level rise), trend deforestasi atau emisi karbon dan parameter lainnya. 

''Kan ada yang sulit dilakukan dengan pengamatan langsung di lapangan. Misalnya, semakin berkurangnya es di kutub,'' katanya.

Dikatakan Jasyanto, konferensi ini bermula dari dibahasnya secara mendalam isu adaptasi perubahan iklim dalam konferensi pihak 13 (COP 13) pada Desember 2007 di Bali. Isu tersebut, termasuk dalam Bali Action Plan

Kemudian, kata dia, kepala negara, kepala pemerintahan dan menteri yang menghadiri konferensi pihak 15 (COP 15) pada 2009 di Copenhagen-Denmark, sepakat membangun program adaptasi secara komprehensif dan menggalang kerja sama global terkait dengan adaptasi perubahan iklim.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement