Senin 02 Sep 2013 07:49 WIB

Batik 'Sumo' Rasa Indonesia

Para pesumo yang bertanding di Jakarta
Foto: Antara
Para pesumo yang bertanding di Jakarta

REPUBLIKA.CO.ID, "Khusus untuk yokozuna, motif batik didesain sesuai dengan karakter dari nama mereka, yang dipadu dengan motif dan warna khas baju-baju tradisional Jepang," kata Fusami Ito, seorang Jepang, yang merancang motif batik untuk yukata yang dikenakan para pesumo. 

Enam pe-sumo dengan predikat yokonuza (gelar tertinggi dalam dunia sumo - olahraga tradisional Jepang) mengenakan yukata (sejenis kimono) batik yang dirancang dan dibuat khusus untuk mereka. 

Cukup lama Ito --yang pernah belajar di Akademi Seni Rupa Indonesia-- mendesain batik untuk dipakai pesumo yang tinggi dan lebar badannya besar. Benar, olahraga tradisional Jepang terkait religi Shinto ini memang seolah ditakdirkan pas untuk mereka bertubuh tinggi, besar, kuat, dan berat.

Mirip dengan silat dengan berratus kembangan-nya yang sarat nilai, sumo bagi bangsa Jepang bukan sekedar adu dorong dan adu kuat serta banting-membanting manusia-manusia besar belaka. 

Ada nilai di dalamnya, ada keyakinan, ada proses dan prosesi, dan ada karakter dalam kekuatan manusia yang turut membentuk karakter juang khas bangsa Jepang. Ini juga yang membuat bangsa Jepang sangat menghargai tim dan proses, tidak semata instan berorientasi hasil sesaat. 

Sumo, yukata, yokonuza, batik, Jepang, dan Indonesia jika diurai satu demi satu, tidaklah berhubungan. Namun kini adalah jaman globalisasi dan penyerapan nilai-nilai budaya bangsa-bangsa memungkinkan semuanya bertapuk di dalam satu tubuh, yaitu batik.  

Siapa sekarang yang tidak kenal batik Indonesia? Setelah UNESCO meresmikan batik menjadi warisan budaya negeri ini pada 2 Oktober 2009, batik semakin populer di dunia, bahwa batik adalah kontribusi kekayaan budaya dunia dari Indonesia.

Batik merupakan produk busana adiluhung bangsa ini, dan tidak kurang perancang busana dunia mengeksploitasi diri memakai batik sebagai media sarat nilai. Dries Van Noten dan Versace, beberapa nama dari barisan perancang dunia itu.

Kini, Jakarta membuat arena untuk pe-sumo mengenalkan diri sebagai duta budaya Jepang, dalam gelaran eksibisi di pada 24-25 Agustus lalu. 

"Saya perlu sekitar enam bulan untuk mendesain batik itu," kata Ito, dengan bahasa Indonesia yang fasih. Untuk pemegang gelar tertinggi sumo yaitu Harumafuji, ia menggoreskan bentuk kuda untuk motif batik yang akan dikenakan pesumo itu.

"Haruma berarti kuda dan fuji adalah Gunung Fuji. Saya mencoba mengombinasikan itu dalam desain batik yukatanya," kata lulusan Universitas Joshibi, Jepang itu.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement