Kamis 29 Aug 2013 17:41 WIB

Kepesertaan Jamkesta Mandiri di Yogya Belum Capai 50 Persen

Rep: Yulianingsih/ Red: Djibril Muhammad
Kartu Jaminan Kesehatan Bali Mandara (JKBM).
Foto: IST
Kartu Jaminan Kesehatan Bali Mandara (JKBM).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Kepesertaan Jaminan Kesehatan Semesta (Jamkesta) secara mandiri di Kota Yogyakarta masih cukup kecil. Bahkan kepesertaan masyarakat di program ini belum mencapai 50 persen dari target yang ditentukan tahun ini.

Menurut Kepala Seksi Kepesertaan Jamkesos DIY, Gamal Iskandar, hingga Agustus 2013 kemarin baru 1.314 masyarakat yang ikut program tersebut. "Jumlah itu kurang dari 50 persen dari target yang kita tentukan sebesar 3.000 peserta tahun ini," ujarnya, Kamis (29/8).

Untuk meningkatkan kepesertaan Jamkesta Mandiri ini, pihaknya tengah menggencarkan promosi serta advokasi di tiap kabupaten/ kota di DIY terkait program Jamkesta Mandiri tersebut.

"Sekarang banyak program jaminan kesehatan yang diselenggarakan oleh daerah dengan biaya pemerintah. Bisa jadi, itu juga yang membuat minat masyarakat ikut Jamkesta Mandiri masih rendah," paparnya.

Padahal, kata dia, melalui Jamkesta Mandiri tiap peserta bisa mendapatkan manfaat pembiayaan kesehatan hingga maksimal Rp 15 juta per tahun. Kepesertaan tersebut dibagi dalam 3 kategori yakni berbasis keluarga, kelompok dan lembaga berbadan hukum.

Khusus untuk berbasis keluarga, peserta dari Kota Yogyakarta ada 179 orang, Bantul 365 orang, Gunungkidul 10 orang, Kulonprogo 196 orang dan Sleman 196 orang. Gamal menambahkan, tidak ada batasan kuota bagi tiap daerah.

Program tersebut murni diperuntukkan bagi warga DIY. Syarat kepesertaan cukup dengan membayar premi dan pendaftaran dengan total Rp 101.000 per jiwa pertahun.

Diakuinya, peserta juga dapat menggunakan sarana pelayanan kesehatan dari tingkat dasar (puskesmas), rumah sakit rujukan tingkat dua (RS di tingkat daerah) hingga tingkat tiga seperti RS Dr Sarjito, Bethesda, Panti Rapih dan PKU Muhammadiyah.

"Akan tetapi, untuk sakit katrastopik seperti gagal ginjal, jantung, penyakit jiwa maupun kanker, belum bisa kami jamin. Bagi penyakit katrastopik, akan kami rujuk dengan program lain seperti COB (Coordination of Benefit) DIY," paparnya.

Wakil Wali Kota Yogyakarta Imam Priyono meminta pihak Jamkesos untuk meningkatkan sosialisasi program ini ke masyarakat. Dengan begitu diharapkan kepesertaan masyarakat melalui program ini semakin tinggi. "Dengan begitu, tingkat kesehatan masyarakat semakin tinggi," katanya menjelaskan.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement