Kamis 29 Aug 2013 15:10 WIB

Atasi Masalah Kedelai, IPB Punya Solusi Sejak Lama

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Dewi Mardiani
Lahan pertanian kedelai
Foto: rri.co.id
Lahan pertanian kedelai

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- IPB sudah memiliki metode penanaman kedelai di lahan rawa pasang surut. Metode yang disebut Budidaya Jenuh Air (BJA) itu terbukti mampu dan berhasil diterapkan pada skala pertanian.

Kekhawatiran akan kandungan pirit yang dapat membuat keasaman tanah meningkat (pH asam), dapat diatasi dengan modifikasi pemupukan dan penambahan kapur. Anggaran teknologi itu juga dibuat seekonomis mungkin sesuai kemampuan petani.

Dari hasil percobaan di lahan pertanian warga di rawa pasang surut seluas dua setengah hektare di Banyuasin, Palembang, dihasilkan kacang kedelai 4 ton per hektarenya. Indonesia memiliki dua juta hektare lahan pasang surut yang cocok untuk ditanami kedelai.

Teknologi yang dikembangkan oleh Dr Ir Munif Ghulamahdi MS itu sudah tiga tahun lalu diperkenalkan ke Kementerian Pertanian dan Staf Khusus Presiden Bidang Ketahanan Pangan. Sayangnya, teknologi ini belum mampu mendorong kebijakan perluasan lahan pertanian kedelai di area pasang surut.

Padahal, jika masih terus mengandalkan luas 500 ribu hektare lahan pertanian kedelai, negeri ini masih akan mengimpor kedelai dalam jumlah besar. Jika memang lahan tidak bertambah, produktivitas lahan kedelai yang saat ini 1,3 maksimal bisa dinaikkan menjadi 2,4 atau sekitar 1.200 ton kedelai. Padahal kebutuhan saat ini sekitar 2,4 juta ton.

Jika teknologi BJA diterapkan, hanya dibutuhkan lahan seluas 623 hektare untuk memenuhi kebutuhan kedelai dalam negeri. ''Dari dua juta hektare lahan yang cocok untuk ditanam kedelai, bisa dipilah lahan di luar Jawa yang sudah ada permukiman. Sulit meningkatkan produksi kedelai di Jawa karena lahan yang ada bersaing untuk ditanami komoditas yang sedang tren atau lebih menguntungkan,'' ungkap pakar pertanian kedelai itu.

Kendala saat ini adalah perluasan lahan. Lahan pasang surut yang tersebar di Lampung, Sumatra Selatan, Jambi, dan Kalimantan Barat bisa digunakan untuk pertanian kedelai dengan metode BJA. Perluasan lahan, kata Munif, pasti butuh intervensi kebijakan pemerintah.

''Kami siap untuk melakukan penyuluhan, pendampingan, dan pengawasan sampai petani menguasai metode ini. Bibit juga bisa disiapkan dari lahan binaan kami di Lampung dan Sumatra Selatan. Tapi, harus ada kontrak sejak awal. Jangan membuat petani yang menyediakan bibit kecewa karena setelah mereka memilah bibit, ternyata tidak dibeli,'' tutur Munif.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement