Jumat 30 Aug 2013 04:12 WIB

Begini Merananya Perajin Tempe Sekarang

 Para pekerja mengolah kedelai untuk dibuat menjadi tempe di Utan Panjang, Jakarta, Kamis (31/1). (Republika/Aditya Pradana Putra)
Para pekerja mengolah kedelai untuk dibuat menjadi tempe di Utan Panjang, Jakarta, Kamis (31/1). (Republika/Aditya Pradana Putra)

REPUBLIKA.CO.ID, SENTANI---Perajin tempe di Kabupaten Jayapura, Papua meminta pemerintah segera menstabilkan harga kedelai karena beberapa minggu terakhir harga kedelai per satu sak yang biasanya Rp420.000 naik menjadi Rp 500.000 per sak.

Utomo, salah seorang perajin tempe terbesar di Pasar Komba, Distrik Sentani, Kabupaten Jayapura mengatakan di Sentani, Kamis, pihaknya menagih janji pemerintah yang akan memberikan bantuan subsidi untuk para perajin tempe di Kabupaten Jayapura. "Kami dijanjikan akan diberi subsidi dari bulog, tapi belum ada tanda-tanda tindakan dari pemerintah," ujarnya.

Utomo menjelaskan karena kenaikan harga kedelai yang tidak kunjung turun, akhirnya pihaknya mulai mengurangi atau memperkecil ukuran tempe yang dijualnya. Jika sebelumnya plastik yang digunakan untuk membungkus tempe berukuran 9 cm sekarang dibuat menjadi 8 cm. "Saat ini, pihaknya mengaku belum dapat memperoleh keuntungan karena uang yang dihasilkan dari memproduksi hanya cukup untuk kembali membeli bahan baku kedelai dan membayar biaya operasional serta menggaji karyawannya," urainya.

Utomo yang sejak 2010 mulai memproduksi tempe mengaku sangat kesulitan mendatangkan bahan baku kedelai. Pasalnya, biasanya kedelai tersebut didatangkan dari Surabaya dengan menggunakan kontainer. "Sudah harga kedelai naik, biaya kontainer juga tinggi jadi kami harus pintar-pintar menggunakan bahan baku yang ada," tandasnya.

Ia menuturkan dengan 18 orang pekerja yang membantunya memproduksi tempe, menjadikannya salah satu perajin tempe terbesar di Kabupaten Jayapura dari 8 perajin yang tercatat. Namun, jika harga kedelai ini tidak bisa dikendalikan maka akan sangat mempengaruhi produksi tempenya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement