REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Menteri Agama Suryadharma Ali dengan tegas menyatakan menolak wacana untuk dilakukannya tes keperawanan karena tidak etis dan merendahkan martabat perempuan.
"Tidak etis dan merendahkan martabat pihak perempuan," katanya di Jakarta, Rabu. Menag khawatir apabila tes keperawanan tersebut dilakukan dampaknya tidak baik bagi jangka panjang.
Salah satu kekhawatirannya, bukan hanya merendahkan harkat dan martabat siswi dan perempuan saja, tapi juga mengganggu kejiwaan yang bersangkutan. Dampaknya, lebih jauh akan memunculkan stigma yang tidak baik bagi pendidikan di Indonesia.
Wacana adanya tes keperawanan ini bisa jadi lampu merah bagi dunia pendidikan. Menjaga moral anak didik terkait pergaulan bebas, solusinya bukan seperti itu. Menjaga moral anak didik perlu perhatian bukan hanya dari lembaga pendidikan, tapi juga keluarga.
"Harus ada langkah efektif dan sinergis dari lembaga pendidikan dan keluarga menjaga anak didik di lingkungannya," katanya.
Lembaga pendidikan dan keluarga harus satu tujuan membentuk anak didik yang berilmu, bertakwa dan berakhlak mulia. Kalau kedua pihak ini tidak sinergis maka susah untuk menjaga moral anak didik, terutama di tengah pergaulan bebas anak muda saat ini.
Menag mengumpamakan, bila tes tersebut dilaksanakan dan ada siswi yang lolos tes keperawanan. "Apakah itu akan menjamin ia akan bermoral baik? Dan tidak ada jaminan setelah tes keperawanan, siswi itu juga tetap menjaga keperawanannya."
Itu juga memunculkan ketidakadilan, "Bagaimana dengan menjaga moral siswa, apakah dilakukan tes keperjakaan juga," tanyanya.
Karena itu, ia menegaskan menolak sama sekali wacana tes keperawanan tersebut, khususnya di lembaga pendidikan Islam di bawah Kementerian Agama.
"Saya pastikan, madrasah dan pesantren tidak ada tes keperawanan itu," katanya.
Sebelumnya Komisi Nasional (Komnas) Perempuan juga menyatakan tidak setuju dengan wacana tes keperawanan di Kota Prabumulih, Sumatera Selatan (Sumsel).